Sistem Respirasi
Sistem
pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang
digunakan untuk pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan umumnya termasuk
saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana
terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara
masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan
pada berbagai jenis makhluk hidup. Bahkan pohon pun memiliki sistem pernapasan.
Pernapasan dada
Pernapasan
dada adalah pernapasan yang
melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
- Fase inspirasi. Fase ini diawali dengan berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada terangkat atau membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
- Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembali ditariknya otot antara tulang rusuk ke kebelakang yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
Pernapasan perut
Pernapasan
perut adalah pernapasan yang
melibatkan otot diafragma.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
- Fase inspirasi. Fase ini berupa berelaksasinya otot diafragma sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
- Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase kontraksi atau kembalinya otot diaframa ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
Penyakit Asma
Asma adalah penyakit inflamasi
obstruktif yang di tandai oleh periode episodic spasme otot-otot polos dalam
dinding saluran udara bronchial (Spasme Bronkus) (Gede Asih,
Cristantie Effendy, 2004 : 95).
Asma adalah satu keadaan klinik yang di tandai oleh terjadinya penyempitan bronkus yang berulang namun reversible, dan di antara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (Solomon William R, 2006: 177).
Asma adalah satu keadaan klinik yang di tandai oleh terjadinya penyempitan bronkus yang berulang namun reversible, dan di antara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (Solomon William R, 2006: 177).
Reaksi
Bronkus Pada Penyakit Asma
Jenis-jenis Asma
Asma di klasifikasikan menjadi
tiga bagian yaitu:
- Asma alergik di sebabkan oleh allergen (misalnya: serbuk sari, binatang, amarah, makanan dan jamur).
- Asma idiopatik atau non alergik tidak berhubungan dengan Allergen spesifik. Faktor-faktor seperti Common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.
- Asma gabungan adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau nonalergik (Suddarth dan Brunner, 2002 : 611).
Penyebab Asma
Faktor risiko lingkungan
(penyebab) berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host)
dan faktor lingkungan.
Faktor pejamu
- Genetik
- Alergi
- Hiperektifitas bronkus
- Jenis kelamin
- Ras/etnik
Faktor lingkungan
- Yang mempengaruhi individu dengan kecenderungan (predisposisi) asma untuk berkembang menjadi asma. Alergen di dalam maupun di luar ruangan, seperti mite domestik, alergen binatang, alergen kecoa, jamur, tepung sari bunga, sensitisasi (bahan) lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara di luar maupun di dalam ruangan, infeksi pernapasan (virus), status sosio ekonomi, besarnya keluarga, obesitas.
- Yang menyebabkan eksaserbasi (serangan) dan menyebabkan gejala asma menetap. alergen di dalam maupun di luar ruangan, polusi udara di luar maupun di dalam ruangan, infeksi pernapasan, olah raga dan hiperventilasi, perubahan cuaca, makanan mengandung zat additif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan, seperti asetil salisilat, iritan antara lain parfum, bau-bauan yang merangsang (Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia, 2004).
Tanda dan gejala penyakit asma
Dispnea (Kesulitan bernapas atau
pernapasan labored, napas pendek).
- Batuk di akibatkan oleh iritasi membrane mukosa.
- Pembentukan Sputum.
- Nyeri dada.
- Mengi adalah bunyi yang mempunyai puncak tinggi, berirama yang terutama terdengar pada ekspirasi.
- Jari tabuh di temukan pada pasien dengan hipoksia kronis.
- Sianosis adalah warna kulit kebiruan, adalah indikator yang sangat lanjut dari hipoksia (Suddart dan Brunner, 2002: 529).
Diagnosis Penyakit Asma
Diagnosis asma di dasarkan pada
riwayat penyakit, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang.
a. Pada Riwayat Penyakit
Pada riwayat penyakit akan di
jumpai keluhan batuk, sesak, alergi atau rasa berat di dada, yang perlu
di ketahui adalah faktor-faktor pencetus serangan dengan mengetahui faktor
pencetus, kemudian menghindarinya, maka di harapkan gejala asma dapat di cegah.
b. Pemeriksaan Fisis
Penemuan tanda pada pemeriksaan,
tergantung dari derajat obstruksi saluran napas ekspirasi memanjang,
menghiperinflasi dada, pernapasan cepat sampai sianosis dapat di jumpai pada
pasien asma.
c. Pemeriksaan Penunjang
- Uji Spirometri. Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa (KVP) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1). Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai VEP1 < 80% nilai prediksi atau rasio VEP1/KVP < 75%. Selain itu, dengan spirometri dapat mengetahui reversibiliti asma, yaitu adanya perbaikan VEP1 > 15 % secara spontan, atau setelah inhalasi bronkodilator (uji- bronkodilator), atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.
- Uji provokasi bronkus. Uji provokasi dengan histamine, metakolin, kegiatan jasmani, udara dingin, larutan garam, hipertonik, dan bahkan dengan aqua destilata.
- Pemeriksaan Sputum. Sputum eosinifilia sangat kharakteristik untuk asma, sedangkan neutrofil sangat dominan pada bronkhitis khronik, sputum berwarna putih keabu-abuan dan kental.
- Pemeriksaan Eosinifil total. Jumlah eosinifil total dalam darah sering meningkat pada pasien asma.
- Uji Kulit. Tujuan uji kulit adalah untuk menunjukkan adanya IgE Spesifik dalam tubuh
- Pemeriksaan Kadar IgE total dan IgE Spesifik dalam Sputum. Kegunaan pemeriksaan kadar IgE total hanya untuk menyokong adanya atopi.IgE spesifik dalam sputum lebih bermakna di lakukan bila uji kulit tidak dapat di lakukan atau hasilnya kurang dapat di percaya
- Foto Dada. Pemeriksaan ini di lakukan untuk menyingkirkan penyebab lain obstruksi saluran napas dan adanya kecurigaan terhadap proses patologis paru di paru atau komplikasi asma seperti pneumotorak, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain.
- Analisa Gas Darah. Pemeriksaan ini hanya di lakukan pada asma yang berat. Pada fase awal serangan terjadi hipoksemia, dan hipokapnia (PaCO2 < 35 mmHg) kemudian pada stadium yang lebih berat PaCO2 justru mendekati normal sampai normo-kapnia. Selanjutnya pada asma yang sangat berat terjadinya hiperkapnia (PaCO2 ≥ 45 mmHg). Hipoksemia dan asidosis respiratorik.
Daftar Pustaka
- Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol 2, Edisi 8. Jakarta: EGC.
- Solomon, William R. 1995. Ashma bronkhial : Alergi dan lain-lain. Jakarta : EGC.
- Yasmin Asih, Niluh Gede & Christantie Effendy. 2004. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar