Sistem
integumen
Lapisan
kulit
1. Epidermis
- Stratum korneum.
Lapisan
ini terdiri dari banyak lapisan tanduk (keratinasi), gepeng, kering, tidak
berinti, inti selnya sudah mati, dan megandung zat keratin.
- Stratum lusidum.
Selnya
pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel-sel sudah banyak yang
kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus
sinar.
Lapisan
ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat
seperti suatu pipa yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat
disebut stratum lusidum.
- Stratum granulosum.
Lapisan
ini terdiri dari 2-3 lapis sel pipih seperti kumparan dengan inti ditengah dan
sitoplasma berisi butiran (granula) keratohiali atau gabungan keratin dengan
hialin. Lapisan ini menghalangi benda asing, kuman dan bahn kimia masuk ke
dalam tubuh.
- Stratum spinosum/stratum akantosum.
Lapisan
ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari
5-8 lapisan . sel-selnya disebut spinosum karena jika dilihat di bawah
mikroskop, sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya polygonal/banyak sudut
dari mempunyai tanduk (spina). Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan
tekanan dari luar. Bentuknya tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak
bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak
kaki.
Disebut
akantosum sebab sel-selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut ada
hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelulair bridges atau jembatan
interselular.
- Stratum Basal/Germinativum.
Disebut
stratum basal karena sel-selnya terletak dibagian basal/basis, stratum
germinativum menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk.
Bentuknya
silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir
yang halus disebut butir melanin warna.
Sel
tersebut disusun seperti pagar pagar (palisade) dibagian bawah sel tersebut
terdapat suatu membran disebut membran basalis, sel-sel basalis dengan membran
basalis merupakan batas terbawah dari pada epidermis dengan dermis.
Ternyata
batas ini tidak datar tapi bergelombang, pada waktu korium menonjol pada
epidermis tonjolan ini disebut papilla kori (papilla kulit). Dipihak lain
epidermis menonjol kea rah korium, tonjolan ini disebut Rute Ridges atau rete
peg = prosessus inter papilaris.
2.
Dermis.
Struktur lapisan dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan
epidermis dilapisi oleh membrane basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan
subkutis tapi batas ini tidak jelas hanya diambil sebagai patokan ialah
mulainya terdapat sel lemak.
Dermis
terdiri dari 2 lapisan:
- Bagian atas, Pars Papilaris (stratum papilar).
- Bagian bawah, Retikularis (stratum retikularis).
Batas antara pars papilaris dengan pars retikularis adalah
bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis
terdiri dari serabut-serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis, dan
serabut retikulus. Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai
tugas yang berbeda.
Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit,
serabut elastic untuk memberikan kelenturan pada klit, dan retikulus terdapat terutama
disekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat
tersebut.
Unsur sel:
Unsure utama sel dermis adalah fibroblast, makrofag, dan
terdapat sel lemak yang berkelompok. Disamping itu ada juga sel jaringan ikat
bercabang dan berpigmen pada lingkungan epidermis yang banyak mengandung pigmen
misalnya areola mammae dan sekitar anus.
Serat otot:
Serat otot polos dijumpai di dalam dermis tersusun membentuk
berkas dihubungkan dengan folikel rambut (muskulus erector fili) bertebaran
diseluruh dermis dalam jumlah yang cukup banyak pada kulit, putting susu,
penis, skrotum dan sebagian perenium.
3. Subkutis.
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan
diantara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel
lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga
membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini di sebut perikulus adiposus, yang tebalnya
tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan
perempuan tidak sama (berlainan).
Guna perikulus adiposus adalah sebagai Shok breker =
pegas/bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, Isolator panas atau
untuk mempertahankan suhu, penimbun kalori, dan tambahan untuk kecantikan
tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.
Jaringan kulit.
Kulit disebut juga integument atau kutis yang tumbuh dari
dua macam jaringanyaitu jaringan epitelyang menumbuhkan lapisan epidermis dan
jaringan pengikat (penunjang) yang menumbuhkan lapisan dermis (kulit
dalam).
Kelenjar-kelenjar kulit.
Kelenjar
kulit meliputi kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar mamae.
- Kelenjar sebasea.
Kelenjar ini berhubungan dengan folikel rambut yang bermuara
dalam sebuah folikel rambut. Kelenjar yang tidak berhubungan dengan folikel
rambut bermuara langsung ke permukaan kulit seperti yang terdapat pada glans
penis, labium minus, dan kelenjar tarsalia pada kelopak mata.
Kelenjar ini terletak dalam dermis dan tidak terdapat pada
kulit telapak kaki dan tangan. Perkembangan dan pertumbuhan kelenjar sebasea
terutama terjadi selama pubertas di bawah control hormone, sekresi sebum
terjadi terus menerus dan bermanfaat untuk pemeliharaan kesehatan kulit.
2. Kelenjar keringat.
Kelenjar keringat adalah kelenjar tubular bergelung yang
tidak bercabang; terdapat pada seluruh kulit kecuali pada dasar kuku, batas
bibir, glans penis dan gendang telinga. Kelenjar ini paling banyak terdapat
pada telapak tangan dan kaki. Bagian sekretorisnya terletak di dalam dermis
atau hypodermis dan bergabung membentuk massa tersendiri.
Duktusnya keluar menuju epidermis dan berjalan
berkelok-kelok menyatu dengan epidermis dan berjalan spiral untuk mencapai
permukaan kulit. Tempat bermuaranya disebut pori keringat. Terdapat 2 macam
kelenjar keringat yaitu kelenjar keringat ekrin dan apokrin.
1)
Kelenjar keringat ekrin.
Tersebar diseluruh kulit tubuh, kecuali kulup penis bagian
dalam dan telinga luar, telapak tangan, telapak kaki dan dahi. Badan kelenjar
terdapat diantara perbatasan kulit ari (epidermis) dan kulit dermis. Salurannya
berkelok-kelok keluar dan berada pada lapisan jangat yang berjalan lurus ke
pori-pori keringat.
2)
Kelenjar keringat apokrin.
Kelenjar keringat yang besar dan hanya dapat ditemukan pada
ketiak, kulit putting susu, kulit sekitar alat kelamin dan dubur.
Kelenjar
ini terletak lebih dalam dan saluran keduanya berbelok-belok kemudian lurus
menuju epidermis dan bermuara pada folikel rambut.
- Kelenjar payudara (glandula mamae).
Glandula mamae termasuk kelenjar
kulit karena berasal dari lapisan ektodermal yang secara fungsional termasuk
sistem reproduksi. Kelenjar ini terletak di atas fasia pektoralis superfisilis
yang dihubungkan dengan perantaraan jaringan ikat longgar dan jaringan lemak.
Kelenjar ini melekat erat dengan kulit diatasnya. Disekitar putting susu
(papila mamae) terdapat reticulum kutis yang tumbuh dengan baik dan dinamakan
ligamentum suspensorium. Ke dalam putting susu bermuara 15-20 duktuli
laktiferus.
Disekitar papilla mamae terdapat
areala mamae yang mengandung kelenjar sebasea montgomeri (glandula areola
mammae) yang berfungsi untuk melindungi dan melicinkan putting susu pada waktu
bayi mengisap. Pada wanita yang tidak hamil dan tidak menyusui, alveoli tampak
kecil dan padat berisi sel-sel granular. Pada waktu hamil, alveoli akan
membesar dan sel-sel membesar.
Pigmentasi kulit.
Warna kulit ditentukan oleh faktor warna kulitnya sendiri.
Kandungan karoten (pigmen) darah pada pembuluh darah, dermis memberikan warna
kemerahan dan kandungan pigmen melanin memberikan bayangan coklat.
Melanin terletak di dalam lapisan basal dan
bagian bawah lapisan taju yang dibuat oleh epidermis khusus yaitu melanosit
yang bertebaran diantara keratinosit lapis basal dan lapis taju dalam folikel
rambut dan jaringan ikat dermis. Perbedaan warna kulit disebabkan oleh karena
perbedaan jumlah dan ukuran melanosom di dalam keratinosit.
pigmentasi kulit tergantung dari berbagai faktor yaitu
keturunan, hormone, dan lingkungan. Faktor genetic mempengaruhi ukuran satuan
melanin epidermis. Hormone pemacu malanosit MSH (melanosit stimulating hormon)
merangsang perpindahan melanosom ke dalam cabang-cabang sitoplasma melanosit
dan keratinosit. Faktor lingkungan seperti ultraviolet meningkatkan kegiatan
enzim melanosit serta meningkatkan produksi melanin dan penimbunannya di dalam
keratinosit sehingga kulit menjadi coklat.
Pembuluh darah.
Pembuluh
darah kulit terdiri dari 2 anyaman pembuluh darah nadi yaitu:
1)
Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar.
Anyaman ini terdapat antara stratum papilaris dan stratum
retikularis, dari anyaman ini berjalan arteriole pada tiap-tiap papilla kori.
2)
Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam.
Anyaman ini terdapat antar korium dan subkutis, anyaman ini
memberikan cabang-cabang pembuluh nadi kea lat-alat tambahan yang terdapat di
korium.
Dalam hal ini percabangan juga membentuk anyaman pembuluh
nadi yang terdapat pada lapisan subkutis. Cabang-cabang ini kemudian akan
menjadi pembuluh darah balik/vena yang juga akan membentuk anyaman, yaitu
anyaman pembuluh darah balik yang ke dalam.
Peredaran darah dalam kulit adalah penting sekali oleh
karena diperkirakan 1/5 dari darah yang beredar malalui kulit. Disamping itu
pembuluh darah pada kulit sangat cepat menyempit/melebar oleh pengaruh atau
rangsangan panas, dingin, tekanan sakit, nyaeri dan emosi, penyempitan dan
pelebaran ini terjadi secara reflek.
Saraf kulit.
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf
spinal dan permukaan yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan saaf sensorik.
Ujung saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel-sel otot
yang terdapat pada kulit, sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima
rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit. Pada kulit ujung-ujung, saraf
sensorik ini membentuk bermacam-macam kegiatan untuk menerima rangsangan.
Ujung-ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan
sakit/nyeri banyak terdapat di epidermis, disini ujung-ujung sarafnya mempunyai
bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu organ.
Pelengkap kulit.
1. Kuku.
Kuku merupakan lempeng yang membentuk pelindung pembungkus
permukaan dorsal falang terkhir jaringan dan jari kaki. Strukturnya berhubungan
dengan dermis dan epidermis.
1)
Struktur kuku.
Alat kuku berpoliferasi membentuk matriks kuku, epidermis
yang tepat di bawahnya menjadi dasar kuku yang berbentuk U bila dilihat dari
atas dan diapit oleh lipatan kulit yang merupakan dinding kuku. Lempeng kuku
terdiri dari sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak mengelupas. Badan kuku
berwarna bening sehingga kelihatan kemerahan karena ada pembuluh kapiler darah
di dalam dasr kuku.
Sel-sel
stratum korneum meluas dari dinding kuku ke permukaan lempeng kuku sebgai
epikondrium atau kutikula.
Bagian
dari kuku, terdiri dari:
i. Ujung kuku atas ujung batas.
ii. Badan kuku yang merupakan bagian
yang besar.
iii. Akar kuku (radik).
2)
Pertumbuhan kuku.
Denga bertambahnya sel-sel baru dalam akar, kuku
menghasilkan geseran lambat lempeng kuku di atas dasr kuku. Laju pertumbuhan
kuku rata-rata 0,5 mm perminggu.
- Rambut.
Rambut merupakan benang keratin
elastic yang berkembang dari epidermis dan tersebar disekujur tubuh kecuali
telapak kaki dan telapak tangan, permukaan dorsal falang distal, lingkung
lubang dubur dan urogenital. Setiap rambut mempunyai batang yang bebas dan akan
yang tertanam dalam kulit.
Akar
rambut dibungkus oleh folikel rambut yang berbentuk dari bagian yang bersal
dari epidermis (epitel) dan bagian yang berasal dari dermis (jaringan ikat).
1)
Struktur rambut:
- Medula. Merupakn bagian tengah rambut yang longgar terdiri dari 2-3 lapis sel kubis yang mengkerut satu sam lain, dan dipisahkn oleh ruang berisi udara.
- Korteks. Merupakan bagian utama rambut yang terbentuk dari beberapa lapis sel gepeng, panjang, dan berbentuk gelombang yang membentuk keratin keras.
- Kutikula. Terdapat pada permukaan, selapis sel tipis, jernih dan kutikula tidak berinti, kecuali yang terdapat pada akar rambut.
2)
Folikel rambut.
Folikel
rambut merupakan selubung yang terdiri dari sarung jaringan ikat bagian luar
(sarang akar dermis) yang berasal dari dermis dan sarung akar epitel bagian
dalam berasal dari epidermis. Folikel yang mengembung membentuk bulbus rambut
dan berhubungan dengan papilla di tempat persatuan akar rambut dan selubungnya.
3)
Sarung akar asal dermis.
Lapisan paling luar berkas serat kolagen kasar yang berjalan
memanjang sesuai dengan lapisan reticular dermis.
Lapisan tengah lebih tebal sesuai dengan lapisan papilla
dermis. Lapisan dalam berupa sabk homogeny sempit yang disebut glassy, membrane
basal di bawah epidermis. Sarung akar rambut luar mempunyai selapis sel
polygonal yang menyerupai sel-sel stratum spinosum epidermis.
Sedangkan sarung akar rambut dalam merupakan sarung berat
tanduk yang membungkus akar rambut yang sedang tumbuh, menghasilkan keratin
lunak, juga ditemukan pada epidermis.
Susunan rambut :
a)
Batang rambut, merupakan bagian rambut yang terdapat di luar kulit. Kalau
dilihat potongan sebuah rambut dari luar ke dalam sbb:
(1)
Selaput rambut (kutikula), merupakan lapisan yang paling luar dan terdiri dari
sel-sel tandukyang tersusun disasak dengan baik.
(2)
Kulit rambut.
Korteks
rambut merupakan lapisan kulit yang paling tebal dan terdiri dari lapisan
tanduk berbentuk kumparan yang tersusun memanjang dan mengandung butir-butir
mielin.
(3)
Sumsum rambut (medula), merupakan bagian yang paling dalam yang dibentuk oleh
sel tanduk dan bentuknya seperti anyaman dengan rongga yang berisi udara.
(4)
Akar rambut
Merupakan bagian rambut yang tertanam miring dalam kulit dan
terselubung oleh kandung rambut (folikel rambut). Akar rambut ini tertanan amat
dalam hingga dapat mencapai lapisan hypodermis.
Akar
rambut terdiri dari:
- Kandung rambut yaitu tabung yang menyelubungi akar rambut mulai dari permukaan kulit samapai pada bagian umbi rambut.
- Papil rambut, merupakan bagian bawah folikel rambut yang berbentuk lonjong seperti telur yang ujung bawahnya terbuka dan berisi jaringan ikat tanpa serabut elastic.
- Umbi rambut (tunas rambut) merupakan bagian akar rambut yang melebar dan merupakan sel bening yang terus menerus bertambah banyak dan berkembang secara mitosis.
(5)
Otot penegak rambut
Muskulus erector pili merupakan otot penegak rambut yang
terdiri dari otot polos yang terdapat pada kandung rambut dengan perantaraan
serabut elastic. Bila otot ini berkontraksi, rambut akan tegak dan kelenjar
akan mengalami kompresi sehingga isinya akan didorong keluar untuk melumas
rambut.
(6)
Pertumbuhan rambut.
Pertumbuhan rambut terjadi sebagai hasil mitosis sel-sel
matriks yang berasal dari epidermis dan belum berdiferensiasi yang terletak di
atas sekitar puncak papilla rambut. Sel-sel pada dasar folikel menjadi sarung
akar rambut luar sel-sel matriks rambut merupakan tratum malpigi epidermis yang
akhirnya menjadi sel-sel ber zat tanduk. Rambut mempunyai masa pertumbuhan
tertentu yaitu untuk rambut kepala 0-3 tahun dan bulu mata 3-4 bulan.
Kulit sebagai indera peraba.
Rasa sentuhan disebabkan rangsangan pada ujung saraf, di
kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang, panas, dingin, dan
sakit ditimbulkan karena tekanan yang dalam dan rasa yang berat dari suatu
benda misalnya mengenai otot dan tulang.
Panca indera peraba terdapat pada kulit disamping itu kulit
juga sebagai pelepas panas yang ada pada tubuh, kulit menutupi dan berhubungan
dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang. Kulit
mempunyai banyak ujung-ujung saraf peraba yang menerima rangsangan dari luar
diteruskan kepusat saraf di otak.
Sensasi indera peraba dari kulit.
Sensasi kulit terdiri dari rasa, raba, tekanan, panas, dingin,
dan rasa sakit. Reseptor-reseptor tersebar luas pada lapisan epitel dan
jaringan ikat tubuh manusia. Reseptor masing-masing berbeda-beda, yang
terbanyak adalah reseptor rasa sakit, kemudian sensasi raba, dingin, dan panas.
Reseptor yang terletak di lapisan epitel, ditemukan pada
mukos mulut dan traktus respiratorius untuk rasa raba dan rasa sakit, dan
jaringan pitel gepeng berlapis-lapis pada bagian akar rambut. Reseptor
yang terletak pada jaringan ikat sangat banyak terletak pada kulit dibawah
lapisan mukosa disekitar sendi, pleura, endokardium, peritoneum, dan lain-lain.
Rasa sentuhan yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung
saraf di dalam kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang panas,
dingin, sakit, semua perasaan ini berlainan. Di dalam kulit terdapat
tempat-tempat tertentu yaitu tempat perabaan sensitive terhadap dingin dan
sakit. Perasaan yang disebabkan tekanan yang sangat dalam dan rasa yang
memungkinkan seseorang menentukan dan menilai berat suatu benda timbul pada
struktur lebih dalam misalnya pada otot dan sendi.
Fungsi kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting
selain menjalin kelangsungan hidup secara umum yaitu:
- Fungsi proteksi.
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis
atau mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat
menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya
radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan
jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut
jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.
Melanosit turutberperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan
mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).
- Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara PH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel-sel kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.
- Fungsi absorbs.
Kulit yang sehat tidak mudah
menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih
mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap
O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya
kulit, hidrasi, kelembapan, dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung
melalui celah diantara sel, menembus sel-sel epidermis, atau melalui saluran
kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel-sel epidermis.
3. Fungsi kulit sebagai pengatur panas.
Suhu tubuh tetap stabil messkipun
terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena adanya penyesuaian antara
panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medulla oblongata. Suhu normal
dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah.
Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu
vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas
dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada
permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi
pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak
dikeluarkan).
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat,
kontraksi otot, dan pembuluuh daarh kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah
sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vaskular
dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin).
4. Fungsi ekskresi.
Kelenjar-kelenjar
kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa metabolism
dalam tubuh berupa NaCl, urea, asamurat, dan amonia. Sebum yang diproduksi oleh
kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan berminyak yang
melindungikulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi
kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit.
5. Fungsi persepsi.
Kulit
mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons terhadap
rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin
diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papilla dermis dan markel
renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik
lebih banyak jumlahnya didaerah yang erotik.
Reaksi putih.
Bila ujung suatu objek ditekan perlahan-lahan pada kulit,
garis tekanan menjadi pucat (reaksi putih). Rangsangan mekanik menimbulkan
konstriksi sfingter kapiler dan darah mengalir keluar dari kapiler, respons ini
tampak kira-kira 15 detik.
Tripel Respons.
Bila kulit ditekan lebih keras lagi dengan alat yang
runcing, sebagian reaksi putih terdapat kemerahan. Pada tempat tersebut diikuti
pembengkakan, bintik kemerahan sekitar luka yang disebabkan dilatasi kapiler
merupakan suatu respons langsung dari kapiler terhadap tekanan. Pembengkakan
local disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan venolus. Kemerahan
karena dilatasi arteriola dan denarvasi karena hambatan saraf menimbulkan rasa
nyeri.
Hiperemia Aktif.
Hiperemia aktif yaitu kelainan jumlah darah dalam
suatudaerah yang dihidupkan kembali setelah periode penyumbatan atau tekanan.
Respons pembuluh darah yang terjadi pada organ dalam kulit darah mengalir dalam
pembuluh darah yang melebar membuat kulit menjadi sangat merah karena efek
lokal hipoksia dan dipengaruhi oleh zat kimia.
Macam-macam Penyakit Kulit.
1. Kudis
Kudis adalah penyakit kulit yang menular, penyakit ini dalam
bahasa ilmiah disebut scabies, memiliki gejala gatal, dan rasa gatal tersebut
akan lebih para pada malam hari. Sering muncul di tempat-tempat lembab di tubuh
seperti misalnya, tangan, ketiak, pantat, kunci paha dan terkang di celang jari
tangan atau kaki.
Cara Pencegahan penyakit kudis dapat dilakukan dengan
mencuci sperai tempat tidur, handuk dan pakaian yan dipakai dalam 2 hari
belakangan dengan air hangat dan deterjen.
pengobatan tradisional:
Untuk pengobatan luar, cukup ambil daun, kulit, batang, atau
akar salam seperlunya. Cuci bersih, lalu giling halus sampai menjad adonan
seperti bubur. Balurkan ke tempat yang gatal, kemudian dibalut
2. Kurap
Penyakit Kurap merupakan suatu penyakit kulit menular yang
disebabkan oleh fungsi. Gejala kurap mulai dapat dikenali ketika terdapat baian
kecil yang kasar pada kulit dan dikelilingi lingkaran merah muda. Kurap dapat
dicegah dengan cara mencuci tangan yang sempurna, menjaga kebersihan tubuh, dan
mengindari kontak dengan penderita.
Kurap dapat diobati dengan anti jamur yang mengandung
mikonazol dan kloritomazol dengan benar dapat menghilangkan infeksi.
3. Panau
Panau atau Panu adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan
oleh jamur. Penyakit panau ditandai dengan bercak yang terdapat pada kulit
disertai rasa gatal pada saat berkeringat. Bercak-bercak ini bisa berwarna
putih, coklat atau merah tergantung warna kulit si penderita. Panau paling
banyak dijumpai pada remaja usia belasan. Meskipun begitu panau juga bisa
ditemukan pada penderita berumur tua.
Cara pencegahan penyakit kulit Panau dapat dilakukan dengan
menjaga kebersihan kulit, dan dapat diobati dengan obat anti jamur yang dijual
di pasaran,
pengobatan tradisional:
diobati dengan obat-obatan tradisional seperti daun sirih
yang dicampur dengan kapur sirih dan dioleh pada kulit yang terserang Panau.
4. Borok, luka, dan kutil
pengobatan traditional
Olesi dengan getah buah jambu monyet atau jambu mete (Anarcadium
occidentale L) selama beberapa hari sampai luka mengering
Untuk kutil, petiklah 5 lembar DAUN DEWA, tumbuk daun hingga
halus. Lumurkan daun yang telah halus pada tempat yang berkutil, buatlah sampai
merekat, biarkan satu hari dan lepas ke esokan harinya.
- Bisul, eksim, dan penyakit-penyakit kulit
Pengobatannya:
Helaian mahkota bunga teratai ini dibakar, akan menghasilkan
abu yang juga berkhasiat sebagai obat. Abu ini bisa dimanfaatkan sebagai obat
luar untuk menyembuhkan bisul, eksim, dan penyakit-penyakit kulit. Sedangkan
serbuk dan benang sari bunga teratai jika dicampur madu dan keju akan menjadi
obat penyakit wasir.
DERMATITIS
pengertian
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk
kelainan kulit yang mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa
terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki.
Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah eksim atopik atau dermatitis
atopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak terutama saat mereka
berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan
bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur
hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan
baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.
Gejala Eksim
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang
dirasakan pasien adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada
tanda kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah,
lutut, tangan dan kaki, namun tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul di
daerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau
keropeng. Pada orang kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah
muda lalu berubah menjadi cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih
gelap, eksim akan mempengaruhi pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak
lebih terang atau lebih gelap.
Penyebab Eksim
Penyebab dari eksim sebenarnya belum diketahui dengan pasti,
namun beberapa ahli mencurigai eksim berhubungan dengan aktifitas daya
pertahanan tubuh (imun) yang berlebihan. Hal ini menyebabkan tubuh mengalami
reaksi berlebihan terhadap bakteri atau iritan yang sebenarnya tidak berbahaya
pada kulit. Oleh karena itu, eksim banyak ditemukan pada keluarga dengan
riwayat penyakit alergi atau asma.
Tiap tiap orang mempunyai pencetus eksim yang berbeda beda.
Ada orang yang setelah memegang sabun atau deterjen akan merasakan gatal yang
luar biasa, ada pula yang disebabkan oleh bahan atau alat rumah tangga yang
lain. Gejala yang timbul pun bervariasi, ada yang gatalnya ringan tetapi rasa
panas yang dominan, ada pula yang sebaliknya. Infeksi saluran nafas bagian atas
atau flu juga bisa menjadi pencetus timbulnya eksim. Stress yang dialami
penderita akan membuat gejala menjadi lebih buruk.
Meskipun penyembuhan eksim sangat sulit dilakukan, namun
pada banyak kasus, pasien dapat mengurangi terjadinya kekambuhan dengan
melakukan pengobatan yang tepat dan menghindari iritan/alergen yang menyebabkan
eksim. Perlu diingat, penyakit ini tidak menular dan tidak akan menyebar dari
satu orang ke orang yang lain.
Cara Pengobatan
Tujuan utama dari pengobatan adalah menghilangkan rasa gatal
untuk mencegah terjadinya infeksi. Ketika kulit terasa sangat kering dan gatal,
lotion dan krim pelembab sangat dianjurkan untuk membuat kulit menjadi lebih
lembab. Tindakan ini biasanya dilakukan saat kulit masih sedikit basah, seperti
saat habis mandi sehingga lotion yang dioleskan akan mempertahankan kelembaban
kulit. Kompres dingin juga diduga dapat mengurangi rasa gatal yang terjadi.
Salep atau krim yang mengandung kortikosteroid seperti
hydrokortison diberikan untuk mengurangi proses inflamasi atau keradangan.
Untuk kasus kasus yang berat, dokter akan memberikan tablet kortikosteroid dan
apabila pada daerah eksim telah terinfeksi maka bisa diberikan antibiotika
untuk membunuh bakteri penyebab infeksi. Obat lain yang dibutuhkan adalah
antihistamin untuk mengurangi rasa gatal yang terlalu berat, dan cyclosporin
untuk penderita yang tidak berespon terhadap semua jenis pengobatan yang
diberikan.
Cara Pencegahan
Munculnya
eksim dapat dihindari dengan melakukan beberapa tips dibawah ini :
- Jaga kelembaban kulit.
- Hindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak.
- Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan.
- Kurangi Stress.
- Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang menggaruk seperti wool dan lain lain.
- Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen dan larutan lainnya.
- Hindari faktor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi seperti serbuk bunga, debu, bulu binatang dan lain lain.
- Hati hati dalam memilih makanan yang bisa menyebabkan alergi
A. Definisi
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman Micobacterium leprae (M.Leprae). Yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi , selanjutnya menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernafasan bagian atas,sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis ( Amirudin.M.D, 2000 ).
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman Micobacterium leprae (M.Leprae). Yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi , selanjutnya menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernafasan bagian atas,sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis ( Amirudin.M.D, 2000 ).
Penyakit Kusta adalah penyakit menular menahun dan disebabkan
oleh kuman kusta ( Mycobacterium leprae ) yang menyerang kulit, saraf tepi, dan
jaringan tubuh lain kecuali susunan saraf pusat, untuk mendiagnosanya dengan
mencari kelainan-kelainan yang berhubungan dengan gangguan saraf tepi dan
kelainan-kelainan yang tampak pada kulit ( Depkes, 2005 ).
B. Etiologi
Kuman penyebabnya adalah Mycobacterium Leprae yang ditemukan
oleh G.A.Hansen pada tahun 1874 di Norwegia, secara morfologik berbentuk
pleomorf lurus batang panjang, sisi paralel dengan kedua ujung bulat, ukuran
0,3-0,5 x 1-8 mikron.
Basil ini berbentuk batang gram positif, tidak bergerak dan
tidak berspora, dapat tersebar atau dalam berbagai ukuran bentuk kelompok,
termasuk massa ireguler besar yang
disebut sebagai globi ( Depkes , 2007).
Kuman ini hidup intraseluler dan mempunyai afinitas yang
besar pada sel saraf (Schwan Cell)dan sel dari Retikulo Endotelial, waktu
pembelahan sangat lama , yaitu 2-3 minggu , diluar tubuh manusia (dalam
kondisis tropis )kuman kusta dari sekret nasal dapat bertahan sampai 9 hari
(Desikan 1977,dalam Leprosy Medicine in the Tropics Edited by Robert C. Hasting
, 1985). Pertumbuhan optimal kuman kusta adalah pada suhu 27º30º C ( Depkes,
2005).
M.leprae dapat bertahan hidup 7-9 hari, sedangkan pada
temperatur kamar dibuktikan dapat bertahan hidup 46 hari , ada lima sifat khas
:
a. M.Leprae merupakan parasit intra
seluler obligat yang tidak dapat dibiakkan dimedia buatan.
b. Sifat tahan asam M. Leprae dapat diektraksi oleh piridin.
c. M.leprae merupakan satu- satunya mikobakterium
yang mengoksidasi D-Dopa (D-Dihydroxyphenylalanin).
d. M.leprae adalah satu-satunya spesies micobakterium
yang menginvasi dan bertumbuh dalam saraf perifer.
e. Ekstrak terlarut dan preparat M.leprae mengandung
komponen antigenic yang stabil dengan aktivitas imunologis yang khas, yaitu uji
kulit positif pada penderita tuberculoid dan negatif pada penderita lepromatous
(Marwali Harahap, 2000).
C. Patofisiologi
Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe MB
kepada orang lain secara langsung. Cara penularan penyakit ini masih belum
diketahui secara pasti, tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bahwa
penyakit kusta dapat ditularkan melalui saluran pernafasan dan kulit.
Kusta mempunyai masa inkubasi 2-5 tahun, akan tetapi dapat
juga berlangsung sampai bertahun-tahun.Meskipun cara masuk kuman M.leprae ke
dalam tubuh belum diketahui secara pasti, namun beberapa penelitian telah
menunujukkan bahwa yang paling sering adalah melalui kulit yang lecet pada
bagian tubuh yang bersuhu dingin dan pada mukosa nasal. Selain itu penularan
juga dapat terjadi apabila kontak dengan penderita dalam waktu yang sangat
lama.
D. Manifestasi
Klinik dan Diagnosis
Manifestasi klinik biasanya menunjukkan gambaran yang jelas
pada stadium yang lanjut dan diagnosis cukup ditegakkan dengan pemeriksaan
fisik saja .Penderita kusta adalah seseorang yang menunjukkan gejala klinik
kusta dengan atau tanpa pemeriksaan bakteriologik dan memerlukan pengobatan (
Muh.Dali Amirudin, 2000).
Untuk mendiagnosa penyakit kusta perlu dicari
kelainan-kelainan yang berhubungan dengan gangguan saraf tepi dan
kelainan-kelainan yang tampak pada kulit.Untuk itu dalam menetapkan diagnosis
penyakit kusta perlu mencari tanda-tanda utama atau “Cardinal Sign,” yaitu :
1. Lesi (kelainan)
kulit yang mati rasa.Kelainan kulit atau lesi dapat berbentuk bercak
keputih-putihan (hypopigmentasi ) atau kemerah-merahan (Eritemtous ) yang mati
rasa (anestesi ).
2. Penebalan saraf tepi yang disertai
dengan gangguan fungsi saraf.ganggguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari
peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer).gangguan fungsi saraf ini bisa
berupa :
a.
Gangguan fungsi saraf sensoris : mati rasa.
b.
Gangguan fungsi motoris :kelemahan(parese) atau kelumpuhan /paralise).
c.
Gangguan fungsi saraf otonom: kulit kereing dan retak-retak.
3. Adanya kuman tahan asam didalam
kerokan jaringan kulit (BTA+), pemeriksaan ini hanya dilakukan pada kasus yang
meragukan (Dirjen PP & PL Depkes, 2005 ).
E.
Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Deteksi dini untuk reaksi penyakit kusta sangat penting
untuk menekan tingkat kecacatan ireversibel yang mungkin terjadi sebagai gejala
sisa.Tingkat keberhasilan terapi tampak lebih baik jika penyakit kusta ini
dideteksi dan ditangani secara dini. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Gambaran klinik
Gejala klinik tersebut diantara lain:
a. Lesi kulit menjadi lebih merah dan membengkak.
b. Nyeri, dan terdapat pembesaran saraf tepi.
c. Adanya tanda-tanda kerusakan saraf tepi, gangguan sensorik maupun motorik.
d. Demam dan malaise.
e. Kedua tangan dan kaki membengkak.
f. Munculnya lesi-lesi baru pada kulit.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut:
Gejala klinik tersebut diantara lain:
a. Lesi kulit menjadi lebih merah dan membengkak.
b. Nyeri, dan terdapat pembesaran saraf tepi.
c. Adanya tanda-tanda kerusakan saraf tepi, gangguan sensorik maupun motorik.
d. Demam dan malaise.
e. Kedua tangan dan kaki membengkak.
f. Munculnya lesi-lesi baru pada kulit.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut:
2. Laboratorium
:
a. Darah rutin: tidak ada kelainan
b. Bakteriologi:
a. Darah rutin: tidak ada kelainan
b. Bakteriologi:
3. Pemeriksaan histopatologi
Dari pemeriksaan ini ditemukan gambaran berupa : Infiltrate limfosit yang
meningkat sehingga terjadi udema dan hiperemi. Diferensiasi makrofag kearah
peningkatan sel epiteloid dan sel giant memberi gambaran sel
langerhans.Kadang-kadang terdapat gambaran nekrosis (kematian jaringan) didalam
granulosum. Dimana penyembuhannya ditandai dengan fibrosis.
F. Konsep Terapi/Pengobatan
TERAPI
MEDIK
Tujuan utama
program pemberantasan kusta adalah penyembuhan pasien kusta dan mencegah
timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari pasien kusta
terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insiden penyakit.
Program Multi Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi rifampisin, klofazimin, dan
DDS dimulai tahun 1981. Program ini bertujuan untuk mengatasi resistensi dapson
yang semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien, menurunkan angka putus
obat, dan mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan.
Rejimen pengobatan MDT di
Indonesia sesuai rekomendasi WHO 1995 sebagai berikut:
a) Tipe PB ( PAUSE BASILER)
Jenis obat dan dosis untuk orang
dewasa :
Rifampisin 600mg/bln diminum
didepan petugas DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah. Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan dan
setelah selesai minum 6 dosis dinyatakan RFT (Release From Treatment) meskipun
secara klinis lesinya masih aktif. Menurut WHO(1995) tidak lagi dinyatakan RFT
tetapi menggunakan istilah Completion Of Treatment Cure dan pasien tidak lagi
dalam pengawasan.
b) Tipe MB ( MULTI BASILER)
Jenis obat dan dosis untuk orang
dewasa:
Rifampisin 600mg/bln diminum
didepan petugas. Klofazimin 300mg/bln diminum didepan petugas dilanjutkan dengan klofazimin
50 mg /hari diminum di rumah. DDS 100 mg/hari diminum dirumah, Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan sesudah
selesai minum 24 dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih
aktif dan pemeriksaan bakteri positif. Menurut WHO (1998) pengobatan MB
diberikan untuk 12 dosis yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien
langsung dinyatakan RFT.
c) Dosis untuk anak
Klofazimin:
Umur, dibawah 10 tahun: /blnHarian 50mg/2kali/minggu, Umur 11-14 tahun, Bulanan 100mg/bln, Harian 50mg/3kali/minggu,DDS:1-2mg /Kg BB,Rifampisin:10-15mg/Kg BB
d) Pengobatan MDT
terbaru
Metode ROM adalah pengobatan MDT
terbaru. Menurut WHO(1998), pasien kusta tipe PB dengan lesi hanya 1 cukup
diberikan dosis tunggal rifampisin 600 mg, ofloksasim 400mg dan minosiklin 100
mg dan pasien langsung dinyatakan RFT, sedangkan untuk tipe PB dengan 2-5 lesi
diberikan 6 dosis dalam 6 bulan. Untuk tipe MB diberikan sebagai obat
alternatif dan dianjurkan digunakan sebanyak 24 dosis dalam 24 jam.
e) Putus obat
Pada
pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis dari yang
seharusnya maka dinyatakan DO, sedangkan pasien kusta tipe MB dinyatakan DO
bila tidak minum obat 12 dosis dari yang seharusnya.
G. Pencegahan
Penyakit Kusta
Mengingat di masyarakat masih banyak yang belum memahami
tentang penyakit kusta yang bisa menjadi hambatan bagi pelaksanaan program
pemberantasan kusta termasuk dalam mengikutsertakan peran serta masyarakat,
maka diperlukan upaya-upaya pencegahan untuk dapat mengurangi prevalensi,
insidens dan kecacatan penderita kusta. Upaya-upaya pencegahan diatas dibagi
menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan perjalanan penyakit yaitu : pencegahan
primer, sekunder, dan pencegahan tersier .
1.
Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk
mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat
menjadi sakit.Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan
umum dan pencegahan khusus. Pencegahan umum dimaksudkan untuk mengadakan
pencegahan pada masyarakat umum, misalnya personal hygiene, pendidikan
kesehatan masyarakat dengan penyuluhan dan kebersihan lingkungan. Pencegahan
khusus ditujukan pada orang-orang yang mempunyai resiko untuk terkena suatu
penyakit, misalnya pemberian immunisasi.
2. Pencegahan Sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk
mencegah orang yang telah sakit agar sembuh dengan pengobatan, menghindarkan
komplikasi kecacatan secara fisik. Pencegahan sekunder mencakup kegiatan-kegiatan
seperti dengan tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini serta
penanganan pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan utama kegiatan pencegahan
sekunder adalah untuk mengidentifikasikan orang-orang tanpa gejala yang telah
sakit atau yang jelas berisiko tinggi untuk mengembangkan penyakit.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidak mampuan
dan mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat tiga ini dapat dilakukan
dengan memaksimalkan fungsi organ tubuh, membuat protesa ekstremitas akibat
amputasi dan mendirikan pusat-pusat rehabilitasi medik.
H. Program
Pemberantasan Kusta
Untuk mencapai tujuan nasional eliminasi kusta pada tahun
2005, Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan program pemberantasan kusta
adalah dengan memutuskan rantai penularan untuk menurunkan insidens penyakit,
mengobati dan menyembuhkan penderita dan mencegah timbulnya cacat.
1)
Tujuan Program Jangka Panjang
a. Penemuan penderita sedini mungkin
sehingga proporsi cacat tingkat 2 (dua) di antara penderita baru dapat ditekan
serendah mungkin.
b. Meningkatkan pengobatan MDT sebagai obat
standar bagi penderita terdaftar dan penderita baru.
c. Tercapainya 100% selesai pengobatan
untuk PB dalam jangka waktu 9 bulan dan untuk MB 18 bulan dengan melakukan case
holding yang ketat dan cermat.
d. Pembinaan pengobatan, agar penderita yang di
MDT akan selesai pengobatannya dalam batas waktu 9 bulan. Dan semua penderita
MB yang di MDT akan selesai pengobatannya dalam batas waktu 18 bulan sesuai
Surat Edaran Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular langsung Departemen
Kesehatan RI Nomor : KS.00.02.4.171
e. Mencegah cacat pada penderita yang telah
terdaftar sehingga tidak akan terjadi cacat baru.
f. Melakukan penyuluhan kesehatan
masyarakat tentang penyakit kusta, agar masyarakat memahami kusta yang
sebenarnya dan mengurangi leprophobia.
g. Pengawasan sesudah RFT (Release From
Treatment) dengan memberikan motivasi kepada semua penderita agar datang
memeriksakan dirinya setiap tahun setelah selesai masa pengobatan selama 2
tahun untuk tipe PB dan 5 tahun untuk tipe MB.
h. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam memenuhi kebutuhan program.
2)
Tujuan Program Jangka Pendek
Tujuan program kusta adalah menurunkan angka kesakitan
penyakit kusta menjadi kurang dari 1/10.000 penduduk secara nasional pada tahun
2005, sehingga tidak lagi jadi masalah kesehatan masyarakat.
3)
Kebijaksanaan
a.
Pelaksanaan program kusta diintegrasikan dalam kegiatan puskesmas.
b.
Penderita kusta tidak boleh diisolasi
c.
Pengobatan kusta dengan MDT sesuai dengan rekomendasi WHO diberikan secara gratis.
1. PENGKAJIAN
a. BIODATA
Umur memberikan
petunjuk mengenai dosis obat yang diberikan, anak-anak dan dewasa pemberian
dosis obatnya berbeda. Pekerjaan, alamat menentukan
tingkat sosial, ekonomi dan tingkat kebersihan lingkungan. Karena pada kenyataannya bahwa sebagian besar penderita kusta adalah dari
golongan ekonomi lemah.
b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Biasanya klien
dengan morbus hansen datang berobat dengan keluhan adanya lesi dapat tunggal
atau multipel, neuritis (nyeri tekan pada saraf) kadang-kadang gangguan keadaan
umum penderita (demam ringan) dan adanya komplikasi pada organ tubuh
c. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Pada klien dengan
morbus hansen reaksinya mudah terjadi jika dalam kondisi lemah, kehamilan,
malaria, stres, sesudah mendapat imunisasi.
d. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Morbus hansen
merupakan penyakit menular yang menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (
mikobakterium leprae) yang masa inkubasinya diperkirakan 2-5 tahun. Jadi salah
satu anggota keluarga yang mempunyai penyakit morbus hansen akan tertular.
e. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Klien yang
menderita morbus hansen akan malu karena sebagian besar masyarakat akan
beranggapan bahwa penyakit ini merupakan penyakit kutukan, sehingga klien akan
menutup diri dan menarik diri, sehingga klien mengalami gangguan jiwa pada
konsep diri karena penurunan fungsi tubuh dan komplikasi yang diderita.
f. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
Aktifitas
sehari-hari terganggu karena adanya kelemahan pada tangan dan kaki maupun
kelumpuhan. Klien mengalami ketergantungan
pada orang lain dalam perawatan diri karena kondisinya yang tidak memungkinkan
g. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum klien
biasanya dalam keadaan demam karena reaksi berat pada tipe I, reaksi ringan,
berat tipe II morbus hansen. Lemah karena adanya gangguan saraf tepi
motorik.Sistem penglihatan. Adanya gangguan fungsi saraf tepi sensorik, kornea
mata anastesi sehingga reflek kedip berkurang jika terjadi infeksi
mengakibatkan kebutaan, dan saraf tepi motorik terjadi kelemahan mata akan
lagophthalmos jika ada infeksi akan buta. Pada morbus hansen tipe II reaksi
berat, jika terjadi peradangan pada organ-organ tubuh akan mengakibatkan
irigocyclitis. Sedangkan pause basiler jika ada bercak pada alis mata maka alis
mata akan rontok.Sistem pernafasan. Klien dengan morbus hansen hidungnya
seperti pelana dan terdapat gangguan pada tenggorokan.
Sistem persarafan :
a)
Kerusakan fungsi sensorik, Kelainan fungsi sensorik ini menyebabkan terjadinya kurang/ mati rasa.
Alibat kurang/ mati rasa pada telapak tangan dan kaki dapat terjadi luka,
sedang pada kornea mata mengkibatkan kurang/ hilangnya reflek kedip.
b)
Kerusakan fungsi motorik Kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi lemah/
lumpuh dan lama-lama ototnya mengecil (atropi) karena tidak dipergunakan.
Jari-jari tangan dan kaki menjadi bengkok dan akhirnya dapat terjadi kekakuan
pada sendi (kontraktur), bila terjadi pada mata akan mengakibatkan mata tidak
dapat dirapatkan (lagophthalmos).
c)
Kerusakan fungsi otonom,Terjadi gangguan pada kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan
sirkulasi darah sehingga kulit menjadi kering, menebal, mengeras dan akhirnya
dapat pecah-pecah.
Sistem muskuloskeletal :
Adanya gangguan
fungsi saraf tepi motorik adanya kelemahan atau kelumpuhan otot tangan dan
kaki, jika dibiarkan akan atropi.
Sistem integumen :
Terdapat
kelainan berupa hipopigmentasi (seperti panu), bercak eritem (kemerah-merahan),
infiltrat (penebalan kulit), nodul (benjolan). Jika ada kerusakan fungsi otonom
terjadi gangguan kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi
darah sehingga kulit kering, tebal, mengeras dan pecah-pecah. Rambut: sering
didapati kerontokan jika terdapat bercak.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan proses inflamasi.
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri yang
berhubungan dengan proses inflamasi jaringan .
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Gangguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan
ketidakmampuan dan kehilangan fungsi tubuh.
3.
INTERVENSI
Diagnosa 1
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi berhenti dan berangsur-angsur
sembuh.
Kriteria hasil : 1) Menunjukkan regenerasi jaringan
2) Mencapai
penyembuhan tepat waktu pada lesi
Intervensi:
1. Kaji/ catat warna lesi,perhatikan jika ada jaringan nekrotik dan kondisi
sekitar luka
Rasional: Memberikan inflamasi
dasar tentang terjadi proses inflamasi dan atau mengenai sirkulasi daerah yang
terdapat lesi.
2. Berikan perawatan khusus pada daerah yang
terjadi inflamasi
Rasional: Menurunkan terjadinya
penyebaran inflamasi pada jaringan sekitar.
3. Evaluasi warna
lesi dan jaringan yang terjadi inflamasi perhatikan adakah penyebaran pada
jaringan sekitar
Rasional: Mengevaluasi
perkembangan lesi dan inflamasi dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
4. Bersihan lesi dengan sabun pada waktu direndam
Rasional: Kulit yang terjadi lesi
perlu perawatan khusus untuk mempertahankan kebersihan lesi.
5. Istirahatkan bagian yang terdapat lesi dari
tekanan
Rasional:Tekanan pada lesi bisa
maenghambat proses penyembuhan
Diagnosa 2
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan proses inflamasi berhenti dan berangsur-angsur hilang
Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan proses inflamasi dapat berkurang dan nyeri berkurang dan
beraangsur-angsur hilang
Intervensi:
1. Observasi lokasi, intensitas dan penjalaran nyeri
Rasional: Memberikan informasi
untuk membantu dalam memberikan intervensi.
2. Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Untuk mengetahui
perkembangan atau keadaan pasien
3. Ajarkan dan anjurkan melakukan tehnik distraksi
dan relaksasi
Rasional: Dapat mengurangi rasa
nyeri
4. Atur posisi senyaman mungkin
Rasional: Posisi yang nyaman
dapat menurunkan rasa nyeri
5. kolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai
indikasi
Rasional: Menghilangkan rasa
nyeri
Diagnosa 3
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan kelemahan fisik dapat teratasi dan aktivitas
dapat dilakukan
Kriteria hasil: 1) Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari,
2) Kekuatan otot penuh
Intervensi:
1. Pertahankan posisi tubuh yang nyaman
Rasional: Meningkatkan posisi
fungsional pada ekstremitas
2. Perhatikan sirkulasi, gerakan, kepekaan pada
kulit
Rasional: Oedema dapat
mempengaruhi sirkulasi pada ekstremitas
3. Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten,
diawali dengan pasif kemudian aktif
Rasional: Mencegah secara
progresif mengencangkan jaringan, meningkatkan pemeliharaan fungsi otot/ sendi
4. Jadwalkan pengobatan dan aktifitas perawatan
untuk memberikan periode istirahat
Rasional: Meningkatkan kekuatan
dan toleransi pasien terhadap aktifitas
5. Dorong dukungan dan bantuan keluaraga/ orang
yang terdekat pada latihan
Rasional: Menampilkan keluarga /
oarng terdekat untuk aktif dalam perawatan pasien dan memberikan terapi lebih
konstan
Diagnosa 4
Tujuan:setelah dilakukan tindakan
keperawatan tubuh dapat berfungsi secara optimal dan konsep diri meningkat
Kriteria hasil: 1)
Pasien menyatakan penerimaan situasi diri
2)
Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negatif
Intervensi:
1. Kaji makna
perubahan pada pasien
Rasional: Episode traumatik
mengakibatkan perubahan tiba-tiba. Ini memerlukan dukungan dalam perbaikan
optimal
2. Terima dan akui ekspresi frustasi,
ketergantungan dan kemarahan. Perhatikan perilaku menarik diri.
Rasional: penerimaan perasaan
sebagai respon normal terhadap apa yang terjadi membantu perbaikan
3. Berikan harapan dalam parameter situasi
individu, jangan memberikan kenyakinan yang salah
Rasional: meningkatkan perilaku
positif dan memberikan kesempatan untuk menyusun tujuan dan rencana untuk masa
depan berdasarkan realitas
4. Berikan penguatan positif
Rasional: Kata-kata penguatan
dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif
5. Berikan
kelompok pendukung untuk orang terdekat
Rasional: meningkatkan ventilasi
perasaan dan memungkinkan respon yang lebih membantu pasien
DAFTAR
PUSTAKA
Graber,Mark A,1998,Buku
Saku Kedokteran university of IOWA,EGC,Jakarta
Mansjoer, Arif, 2000, Kapita
Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III, media Aeuscualpius, Jakarta.
Juall, Lynda,1999 Rencana Asuhan Keperawatan Dan Dokumentasi Keperawatan Edisi II, EGC. Jakarta,Departemen Kesehatan RI Dirjen P2M dan PLP, 1996, Buku
Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta, Jakarta.
Harahap, M. 1997. Diagnosis and Treatment
of Skin Infection, Blackwell Science, Australia
Adhi, N. Dkk, 1997. Kusta, Diagnosis dan Penatalaksanaan,
FK UI, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar