Sistem Kardiovaskuler II
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi
fasilitas proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh.
Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem
saluran yang terdiri dari arteri yang mergalirkan darah dari jantung, dan vena
yang mengalirkan darah menuju jantung. Sistem
peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang berfungsi
memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini
juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari homeostasis).
Ada dua jenis sistem peredaran darah: sistem peredaran
darah terbuka, dan sistem peredaran darah tertutup. sistem peredaran darah,
yang merupakan juga bagian dari kinerja jantung dan jaringan pembuluh
darah (sistem kardiovaskuler) dibentuk. Sistem ini menjamin kelangsungan hidup
organisme, didukung oleh metabolisme setiap sel dalam tubuh
dan mempertahankan sifat kimia dan fisiologis cairan tubuh.
- Pertama, darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel dan karbon dioksida dalam arah yang berlawanan .
- Kedua, yang diangkut dari nutrisi yang berasal pencernaan seperti lemak, gula dan protein dari saluran pencernaan dalam jaringan masing-masing untuk mengonsumsi, sesuai dengan kebutuhan mereka, diproses atau disimpan.
Metabolit yang dihasilkan atau produk limbah (seperti urea atau asam urat) yang kemudian
diangkut ke jaringan lain atau organ-organ ekskresi (ginjal dan usus
besar). Juga mendistribusikan darah seperti hormon, sel-sel kekebalan tubuh dan
bagian-bagian dari sistem pembekuan dalam tubuh.
Pengertian
Penyakit Jantung Bawaan ( PJB )
merupakan kelainan susunan jantung yang sudah dalam kandungan. Tetapi kelainan
jantung ini tidak memberikan gejala yang segera setelah bayi lahir, tidak
jarang kelainan ini.muncul setelah pasien berumur beberapa bulan atau
tahun. ( Asuhan Keperawtan Bayi dan Anak, hal 118 )
Kelainan jantung bawaan AS TGA (
Atrial Septal Transposition Of The Great Arteries ) merupakan kelainan pada
jantung berupa celah atau defect antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan,
terjadi perpindahan asal dari aorta dan arteri pulmonalis, dimana aorta keluar
dari ventrikel kanan dan arteri pulmonal dari ventrikel kiri. ( Ngastiah,hal 110 )
II. Etiologi
Penyakit jantung bawaan diduga
terjadi dimasa embrional. Disebabkan :
a. Factor genetic.
1. Adanya gen – gen mutan
tunggal ( dominan autosomal, resesif autosomal, atau terkait – X ) yang
biasanya menyebabkan penyakit jantung bawaan sebagai bagian dari suatu kompleks
kelainan.
2. Kelainan kromosom juga
menyebabkan penyakit jantung kongenital sebagai bagian suatu kompleks lesi.
3. Factor gen multifaktorial,
dipercaya merupakan dasar terjadinya duktus anterious paten dan dasar penyakit
congenital lainnya.
b. Factor lingkungan.
1. Lingkungan janin, ibu yang
diabetic atau ibu yang meminum progesterone saat hamil mungkin akan mengalami
peningkatan resiko untuk mempunyai anak dengan penyakit jantung congenital.
2. Lesi viral. Emriopati
rubella sering menyebabkan stenosis pulmonal perifer, duktus arteosus paten dan
kadang – kadang stenosis katup pulmonal.
III. Manifestasi Klinis
a. Bayi lahir dalam keadaan
sianosis, pucat kebiru – biruan yang disebut Picasso Blue. Sianosis merata keseluruh tubuh kecuali jika
resistensi vascular paru sangat tinggi, dibagian tubuh sebelah atas akan
lebih sianotik dibandingbagian bawah.
b. Pada foto merah terlihat
jelas gambaran pembuluh darah abnormal.
c. Pada umur tiga bulan,
terjadi kelambatan penambahan berat badan dan panjang badan serta perkembangan
otak terganggu.
d. Disertai pulmonal stenosis
sering timbul serangan anoksia, yang menandakan bahaya kematian.
e. Bila terdapat gejala
takipnea, maka tanda adanya gejala gagal jantung.
f. Pada aliran darah paru yang
meningkat menunjukkan penampangan anterior – posterior dada bertambah.
g. Pada anak besar, tampak
jelas voussure cardiac ke
kiri.
IV. Patofosiologi
Kelainan jantung dapat terjadi pada
masa embrio ( hari ke – 10 sampai minggu ke – 8 ) karena penggunaan obat –
obatan oleh ibu seperti terapi progesterone, Toxoplasmosis, Rybella,
Cytomegalovirus, Herpes ( TORCH ) yang diderita ibu. Hal ini menyebabkan
ketidaksempurnaan pembelahan sel embrio untuk membentuk jantung janin.
V. Penatalaksanaan Medik
Dengan operasi, memungkinkan pasien
dapat bertahan hidup setelah klien berumur 2 tahun. Jika sering mengalami spell, segera operasi paliatif
( BT shunt – membuat
saluran dari arteri subklavia ke arteri pulmonal.). ( Pediatrica, hal III.29 )
VI. Penyimpangan KDM
Penyakit yang diderita ibu saat
hamil atau penggunaan obat-obatan
Ketidak sempurnaan Pembelahan sel membentuk jantung Perpindahan letak aorta Dan arteri pulmonalis Aorta keluar dari ventrikel Kanan dan arteri pulmonalis Dari ventrikel kiri jantung Kelainan pada struktur pulmonal dan kardiak Metabolisme tubuh terganggu penurunan co b/d defek struktur Penurunan ATP Tubuh Lemas dan tak bertenaga intoleransi aktifitas sianosis saat janin lahir Kekurangan O2 dalam tubuh gangguan pertumbuhan perubahan struktur keluarga anak penyakit jantung dan pengobatan rutin yang harus dijalani anak.
Ketidak sempurnaan Pembelahan sel membentuk jantung Perpindahan letak aorta Dan arteri pulmonalis Aorta keluar dari ventrikel Kanan dan arteri pulmonalis Dari ventrikel kiri jantung Kelainan pada struktur pulmonal dan kardiak Metabolisme tubuh terganggu penurunan co b/d defek struktur Penurunan ATP Tubuh Lemas dan tak bertenaga intoleransi aktifitas sianosis saat janin lahir Kekurangan O2 dalam tubuh gangguan pertumbuhan perubahan struktur keluarga anak penyakit jantung dan pengobatan rutin yang harus dijalani anak.
KONSEP KEPERAWATAN
I. Pengkajian
a. Usia.
Perlu diketahui pada usia berapa
gejala mulai muncul.
b. Pertumbuhan dan
perkembangan .
Terjadi gangguan perkembangan fisik
anak, terutama berat badan.
c. Pola aktifitas.
Tidak mampu melakukan banyak
aktifitas karena akan menyebabkan sianosis.
d. Tanda – tanda vital.
Suhu relative normal bila tidak
terjadi infeksi. Pada bayi akan menetek sering terhenti karena kesulitan
bernafas.
e. Pemeriksaan penunjang,
berupa :
1. Ultra Sono Grafi ( USG )
untuk menentukan besar jantung, bentuk vaskularisasi paru, sera untuk
mengetahui keadaan thymus, trachea, dan esophagus.
2. Electro Cardiografi ( ECG ),
untuk menetahui adanya aritmia atau hipertropi.
3. Echo Cardiografi, untuk
mengetahui hemodinamik dan anatomi jantung.
4. Kateterisasi dan Angigrafi,
untuk mengetahui gangguan anatomi jantung yang dilakukan dengan tindakan
pembedahan.
5. Pemeriksaan laboratorium,
berupa pemeriksaan darah untuk serum elektrolit, Hb, packet cell volume ( PCV ) dan
kadar gula.
( Asuhan
Keperawatan Bayi dan Anak, hal. 120 )
II. Diagnose
a. Penurunan cardiac output b/d
defek struktur.
b. Intoleransi aktifitas b/d
sianosis
c. Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan b/d ketidakkuatan oksigen dan nutrient pada jaringan.
d. Perubahan proses keluarga
b/d mempunyai anak dengan penyakit jantung.
III. Tujuan dan Intervensi serta
Rasional
a. Penurunan cardiac output b/d
defek struktur.
Tujuan
: Pasien menunjukkan perbaikan curah
jantung
Intervensi
:
1. Kaji CO klien. Mengetahui CO klien untuk intervensi
selanjutnya.
2. Beri istirahat yang cukup
pada klien pada ruangan yang nyaman dan tenang.
Ruangan
tenang dan nyaman mampu membuat klien rileks.
3. Hindari suhu lingkungan yang
ekstrem.
Hipoermia
atau hipertermia akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
4. Kolaborasi dengan tim dokter
untuk pemberian Digoxin ( digitalisasi ) dan juga observasi TTV selama pemberian
obat.
Tanda –
tanda oksitasi digitalis berupa nadi tidak teratur, mual dan muntah, maka
hentikan pemberian obat. Setelah membaik, lakukan pengobatan mulai dari awal.
b. Intoleransi aktifitas b/d
sianosis.
Tujuan
: Bantu pemenuhan kebutuhan aktifitas anak.
Intervensi
:
1. Beri istirahat yang cukup
dengan ruangan yang nyaman dan tenang. Ruangan
tenang dan nyaman mampu membuat klien rileks.
2. Bantu untuk melakukan
aktifitas yang disukai.
Menghindari
traumatic care.
3. Hindari perubahan suhu yang
mendadak dan aktifitas yang berlebihan.
Perubahan
suhu yang mendadak memicu jantung untuk bekerja lebih keras guna memenuhi O2.
4. Anjurkan orangtua untuk
bermain bersama
Mengoptimalkan
perkembangan dan pertumbuhan anak, serta mengurangi dampak traumatic care.
c. Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan b/d ketidakkuatan oksigen dan nutrisi pada jaringan.
Tujuan
: Anak mengikuti kurva pertumbuhan
berat badan dan tinggi badan.
Intervensi
:
1. Beri makanan yang cukup
gizi.
Makanan
cukup gizi membantu pertumbuhan anak.
2. Beri makanan yang mengandung
sumber Fe.
Makanan
sumber Fe untuk membant umeningkatkan kadar oksigen dalam darah.
3. Beri diet tinggi nutrisi
yang seimbang.
Untuk
mencapai pertumbuhan yang ade kuat.
4. Pantau tinggi dan berat
badan, gambarkan pada grafik pertumbuhan.
Untuk
menentukan kecendrungan pertumbuhan.
5. Lakukan aktifitas bermain
bersama anak.
Untuk
merangsang perkembangan anak.
6. Anjurkan orangtua untuk
bermain bersama
Mengoptimalkan
perkembangan dan pertumbuhan anak, serta mengurangi dampak traumatic care.
d. Perubahan proses keluarga
b/d mempunyai anak dengan penyakit jantung.
Tujuan : Anak dan keluarga mengalami
penurunan rasa takut dan cemas.
Intervensi
:
1. Diskusikan dengan orangtua
dan anak tentang ketakutan mereka dan masalah defek jantung serta gejala fisik
pada anak.
Mengurangi
ansietas keluarga dan klien.
2. Dorong keluarga untuk
berpartisipasi dalam perawatan selama anak dihospitalisasi.
Memudahkan
kopping yang lebih baik dirumah.
3. Dorong keluarga untuk
memasukkan orang lain dalam perawatan anak.
Mencegah
kelelahan klien.
4. Bantu keluarga untuk
menentukan aktifitas fisik dan metode disiplin yang tepat untuk anak.
Memberi
dukungan kelurga untuk mengambil keputusan pada kegiatan anak.
IV. Evaluasi
a. Penurunan cardiac output b/d
defek struktur.
Evaluasi : frekuensi jantung,
tekanan darah dan perfusi perifer dalam batas normal.
b. Intoleransi aktifitas.
Evaluasi : anak mampu melaksanakan
aktifitas sehari – hari.
c. Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan b/d ketidakadekuatan oksigen dan nutrisi pada jaringan.
Evaluasi : perkembangan dan
pertumbbuhan sesuai umur anak dan adekuat.
d. Perubahan proses keluarga
b/d mempunyai anak dengan penyakit jantung.
Evaluasi :keluarga dan klien
menunjukkan kemampuan dan motivasi untuk perawatan rumah. ( Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik )
DAFTAR PUSTAKA
Mirzanie, Hanifah. 2006. Pediatrica.
Tosca Enterprise : Jogjakarta.
Ngastiah. 2005. Perawatan Anak Sakit
Edisi 2. EGC : Jakarta.
Nursalam. dkk. 2005. Asuhan
Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika : Jakarta.
Rudolph, Abraham M. dkk. 2007.
Buku Ajar Pediatrik Rudolp Volume 3. EGC : Jakarta.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik, edisi 4. Jakarta ; EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar