Jumat, 23 Oktober 2015

Sistem Neurobehavior I dalam kasus “Stroke



Sistem Neurobehavior I

Neurobehavior adalah hubungan antara fungsi otak dengan perilaku dan proses berpikir manusia. Neurobehavior terkait dengan pola perilaku hidup seseorang yang berhubungan dengan sistem neural (sistem saraf) seperti pola tidur, mood atau suasana hati, stress, nafsu makan dan kesadaran diri. Fungsi luhur ini sangat vital bagi kehidupan manusia dewasa akhir,dewasa tengah,dewasa muda dan teristimewa bagi anak-anak. neurobehavior sangat berperan terhadap pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental pada manusia.

Keterkaitan antara neurobehavior dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental dapat digambarkan sebagai berikut:
- Pola tidur dan kualitas tidur yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak anak (kecerdasan) dan pertumbuhan fisik yang baik.
Suasana hati akan berpengaruh terhadap kesiapan anak untuk menerima stimulus dari lingkungan dan memberikan respon yang tepat terhadap stimulus tersebut (proses belajar).

- Stress pada anak akan berpengaruh terhadap perkembangan mental anak. Jika anak mengalami stress, maka kemampuan kognitif (kemampuan yang berhubungan dengan kecerdasan), kemampuan afektif (kemampuan berhubungan dengan sesama manusia dan lingkungan) dan kemampuan psikomotorik (kemampuan gerak) akan terganggu. Anak akan kesulitan untuk menerima stimulus dan memberikan respon terhadap stimulus tersebut.

- Nafsu makan tentunya akan mempengaruhi konsumsi makanan dan total asupan gizi anak. Jika asupan gizi baik, maka pertumbuhan fisik dan mental akan baik pula.
Kesadaran diri terkait dengan kemampuan anak untuk memahami konsep diri, lingkungan dan hubungannya. Kesadaran diri lebih terkait dengan perkembangan mental anak.

Fungsi neurobehavior ini diatur oleh hormon yang diproduksi dalam otak, yaitu hormon Serotonin (5-Hydroxy-Typtamine). Hormon Serotonin diproduksi dari prekursornya, yaitu asam amino Triptofan. Asam amino Triptofan merupakan asam amino esensial yang tidak dapat disintesis dalam tubuh dan harus diperoleh dari makanan. Sumber Triptofan terutama adalah makanan berprotein tinggi, terutama protein hewani seperti daging, unggas, ikan, susu dan telur.

Rasio Triptofan tertinggi terdapat di protein Alfa-Laktalbumin dibandingkan dengan jenis protein lainnya (kasein, protein kedelai dan Beta-Laktoglobulin). Alfa-Laktalbumin merupakan senyawa protein yang secara alami terdapat dalam ASI. Penelitian yang dilakukan oleh Markus et.al (2002) dan Bork (2004) menunjukkan bahwa Alfa-Laktalbumin dapat membantu produksi hormon Serotonin dan membantu memperbaiki neurobehavior seperti pola tidur (kualitas tidur yang lebih baik), mood, stress, nafsu makan dan kesadaran diri.

Selain Triptofan, suasana hati juga dipengaruhi oleh vitamin B Kompleks. Kekurangan Vitamin B Kompleks sering dicirikan dengan suasana hati yang kurang baik dan tidak bersemangat. Vitamin B Kompleks sangat penting untuk kesehatan otak karena Vitamin B Kompleks bertugas mengatur homosistein, asam amino yang secara alami diproduksi oleh tubuh. Tingginya kadar homosistein dalam darah akan menyebabkan peradangan, kerusakan pembuluh darah dan merusak sel otak. Selain itu, tingginya kadar homosistein dalam darah juga akan mempengaruhi kecepatan psikomotorik atau kemampuan tubuh untuk melakukan gerak, baik psikomotorik kasar (berjalan, berlari, dsb) atau psikomotorik halus (menulis, membaca, dsb) (Perlmutter 2004).

Alfa-Laktalbumin, Triptofan dan Vitamin B Kompleks akan membantu membentuk neurobehavior yang baik. Dengan neurobehavior yang baik serta pola pengasuhan dan pembelajaran yang baik pula diharapkan akan membantu membentuk anak yang sehat, cerdas dan memiliki mental yang baik.

Jika seseorang mengalami gangguan Neurobehaviour maka akan mengganggu ”Performance Skill” yang berhubungan dengan aktifitas kehidupan sehari-hari (AKS), Produktifitas dan aktifitas ” Leisure”. Untuk mengatasi hal tersebut maka harus dibutuhkan penanganan team medis yang terpadu. Team medis yang terlibat disini ada dokter saraf, dokter anak, dokter spesialis rehabilitasi medis yang di bantu oleh fisioterapi, okupasi terapi, terapi wicara dan ortotik protestik dan psikolog.Jika penangannya dilakukan secara team maka hasil yang dicapai akan maksimal sesuai kondisi seseorang yang mengalami gangguan neurobehaviour seperti Gangguan hiperaktifitas,gangguan kosentrasi, autis, gangguan belajar dan kondisi-kondisi lainnya.

Definisi

Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai oleh kehilangan fungsi otak fokal akut (kadang global) yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian (dini) , yang disebabkan baik oleh perdarahan spontan kedalam atau meliputi jaringan otak (perdarahan Intraserbral Spontan atau Perdarahan Subarachnoid- stroke hemoragik) atau suplai darah yang tidak adekuatnya ke suatu bagian otak sebagai akibat aliran darah yang rendah, trombosis, dan emboli yang berhubungan dengan suatu penyakit pembuluh darah, jantung atau darah ( stroke iskemik atau infark serebsri ).

Klasifikasi

Bentuk stroke beragam ada yang ringan , sedang, berat. Pada stroke ringan ada yang pulih sempurna gejalanya dalam waktu kurang dari 24 jam yang disebut TIA ( Transient Ischemik Attack) yang berarti serangan iskemik singkat. Adapula stroke ringan yang sembuh sempurna dalam waktu lebih dari 24 jam dan kurang dari 3 minggu yang disebut dengan RIND ( Reversible Isckemik Neurologi Defisit)

Berdasarkan patofisiologinya stroke terdiri dari :
1.      stroke iskemik ( stroke non hemoragik)
-          Emboli
Proses terjadinya tiba- tiba. Sumber emboli biasanya berasal dari arteri karotis atau vertebralis, akan tetapi juga dapat berasal dari jantung dan sistem vaskular sistemik. Emboli yang kecil dan dapat menerobos kapiler, maka lesi yang telah dihasilkan oleh gangguan tersebut ialah iskemik serebri regional yang reversible.Tetapi apabila emboli yang menyumbat pembuluh darah besar secara total, maka iskemik pada daerah tersebut akan menjadi infark.

-          Trombus
Merupakan penyebab stroke yang paling sering. Trombosis ditemukan pada 40 % dari semua kasus stroke. Biasanya ada kaitannya dengan kerusakan total dinding pembuluh darh akibat aterosklerosis.
-          Berkurangnya suplai darah dan oksigen di suatu daerah di otak
Biasanya terjadi pada penyakit gagal jantung , dimana pada penyakit ini jantung sudah tidak mampu memompakan darahnya secara maksimal masuk ke dalam otak sehingga ada bagian yang hipoksia, yang lama- kelamaan akan terjadi nekrosis dan terjadi infark.

2.      stroke hemoragik
-          Perdarahan intraserebral Spontan
Perdarahan serebral terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak di dalam parenkim otak. Pecahnya pembuluh darah disebabkan kerusakan dinding akibat arteriosklerosis, peradangan, trauma, kelainan kongenital ( malformasi ). Hal ini dipermudah bila terjadinya peniggian tekanan darah secara tiba- tiba. Perdarahan intracerebral sering timbul akibat pecahnya mikroaneurisma akibat hipertensi lama dan lokasi yang sering terjadi adalah di daerah subkorteks, serebelum dan pons.
-          Perdarahan subarachnoid

Perdarahan terutama pada sirkulasi Wilisi dan berasal dari aneurisma kongenital yang pecah. Biasanya terjadi pada usia lebih muda. Perdarahan sering berulang dan menimbulkan vasospasme hebat.

Patofisiologi
1.      Stoke Iskemik (Stroke Non Hemorragik)
Tingkat krisis aliran darah otak 12- 23 ml/ 100 gr/menit, K meningkat , ATP dan kreatinin fosfat berkurang ( reversible ). Pengurangan aliran darah kurang dari 10- 12 ml/100gr/menit menyebabkan infark. Bila aliran darah 6-8 ml/ 100 gr/ menit terjadi pengurangan ATP yang nyata, peningkatan Ca intraseluler, dan asidosisseluler terjadi nekrosis, asam lemak bebas merusak membran pospolipid dinding sel. Pada kondisi iskemik parsial otak masih mampu bertahan hidup 6 jam atau lebih.

2.      Stroke Hemorragik
Darah yang keluar dari pembuluh darah langsung masuk ke dalam jaringan otak membentuk suatu hematom atau menyebar kedalam ventrikel atau ruangan subaraknoid. Hematom ini meyebabkan gangguan fisik jaringan dan menekan sekeliling jaringan otak. Darah dalam ruangan subaraknoid ( yang biasanya disebabkan oleh aneurisma) bisa menyebabkan iskemik serebri melalui mekanisme konstriksi arteriosus willisi dan cabang utamanya vasospasme.


Gambaran klinis umum

Otak merupakan organ tubuh yang ikut berpartisipasi pada semua kegiatan tubuh. Kegiatannya berupa bergerak, merasa, berfikir berbicara, menulis, berhitung dan mendengar. Bila bagian – bagian dari otak ini terganggu maka fungsinya tidak akan maksimal.
Keluhan umum pada stroke antara lain :
-          Berupa keluhan yang berlangsung mendadak
-          Adanya kekakuan , rasa berat, atau rasa kebas pada salah satu sisi tubuh atau pada muka dan tangan.
-          Muka merot pada salah satu sisi
-          Bicara pelo atau sukar di mengerti
-          Buta atau penglihatannya kabur pada satu sisi atau kedua mata
-          Sulit menelan, bila minum dan makan sering keselek
-          Tidak mampu memahami bicara orang lain, tidak mampu menulis dan membaca, tidak mampu memahami tulisan.
-          Jalan sempoyongan dan tidak seimbang
-          Pendengaran berkurang
-          Banyak tidur, gerakan tidak terkoordinasi, penurunan kesadaran
-          Sakit kepala hebat

Gejala fokal neurologis dan okular
1.      Gejala motorik
-     Hemiparesis
-     Paraparesis / tetraparesis
      -     Disfagia
-          Ataksia
2.      Gangguan bicara atau bahasa
-          Disfasia
-          Disleksia
-          Disgrafia
-          Diskalkulia
-          Disartria
3.   Gejala sensoris
-     Somatosensoris, gangguan hemisensoris
-     Visual, hemianopia, kebutaan bilateral, diplopia
4.   Gejala vestibular
-    vertigo
5.   Gejala kognitif dan tingkah laku
-     Kesulitan berpakaian, menyisir rambut, disorientasi tempat, amnesia

Penatalaksanaan

Pengobatan pada pasien Stroke Non Haemoragik dapat dibedakan :
1.      Fase akut ( Hari ke - 0 s/d 14 sesudah onset penyakit)
Sasaran pengobatan : Menyelamatkan neuron yang menderita jangan sampai mati (daerah penumbra) dan agar proses patologik lainny tidak mengancam fungsi otak. Obat-obatan yang digunakan harus menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup.
-  Respirasi : Jalan nafas harus bersih dan bebas hambatan
-  Jantung : harus berfungsi baik, bila perlu pantau denag EKG
-  Tekanan darah : dipertahankan pada tingkat optimal, dipantau jangan
sampai  menurunkan perfusi otak.
-  Bila gawat atau koma : Balans cairan, kadar elektrolit dan keseimbangan
asam basa darah harus dipantau.

Penggunaan obat-obatan untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme otak yang menderita :
a.)    Anti Oedem Otak
- Gliserol 10% per infis 1 gram/KgBB/6 jam
- Kortikosteroid : Deksametason bolus 10-20 mg IV, diikuti 4-5 mg/ 6 jam
selama beberapa hari, lalu diturunkan pelan-pelan dan dihentikan setelah fase
akut berlalu.
b.)    Anti Agregasi Trombosit
Yang umum dipakai adalah asam asetil salisilat seperti aspirin, aspilet, dll dengan dosis 80-300 mg/hari.
c.)    Anti Koagulansia, misalnya Heparin
d.)   Lain-lain
- Trombosilin (Trombokinase) masih dalam uji coba
- Obat baru seperti Pentoksifilin, Sitikolin, Kodergrokin-mesilat, pirasetam dan akhir-akhir ini kalsium Entry Bloker selektif yang telah digunakan dan masih terus dalam penelitian.

2.      Fase Pasca Akut
Setelah fase akut berlalu, sasaran pengobatan dititik beratkan pada tindakan rehabilitasi penderita dan pencegahan terulangnya stroke.
a). Rehabilitasi
GPDO merupakan penyebab utama kecacatan pada manusia usia diatas 45 tahun, maka yang paling penting pada masa kini adalah upaya membatasi sejauh mungkin kecacatan penderita, fisik dan mental dengan fisioterapi, terapi wicara dan psikoterapi.


b). Terapi Preventif
Tujuannya mencegah terulangnya serangan baru stroke dengan mengobati dan menghindari faktor-faktor resiko stroke seperti: pengobatan hipertensi, mengontrol DM, menghindari rokok, obesitas, stress dan olahraga teratur.

Tujuan terapi pada fase akut adalah mencegah agar stroke tidak berlanjut atau berulang, mencegah upaya agar cacat dapat dibatasi, mencegah terjadinya komplikasi, mencari penyakit lain yang dapat mempengaruhi perjalanan stroke, membantu pemulihan penderita, mencegah terjadinya kematian.
1.      Umum
-          Posisi kepala dan badan atas 30 derajat ,posisi lateral dekubitus kiri bila
disertai muntah boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik stabil.
-          Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan oksigen 1-2 l /menit sampai ada hasil gas darah.
-          Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi  intermiten.
-          Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus ( lihat pedoman  dibawah ).
-          Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi.
-          Suhu tubuh harus dipertahankan normal.
-          Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik, bila terdapat gangguan menelan atau penderita dengan kesadaraan menurun, dianjurkan melalui pipa nasogastrik.
-          Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan.
-          Pemberian cairan intravena berupa cairan kristaloid atau koloid, hindari yang mengandung glukosa murni atau hipotonik.
-          Bila ada dugaan trombosis vena dalam diberikan heparin/ heparinoid, dosis rendah subkutan, bila tidak ada kontraindikasi.
-          Mobilisasi dan rehabilitasi dini bila tidak ada kontraindikasi.
2.       Penatalaksanaan komplikasi
-          Kejang diatasi segera dengan diazepam
-          Ulkus stress diatasi dengan antagonis H2
-          Tekanan intrakranial yang meninggi pada kasus stroke :
Manitol, gliserol, furosemid
3.   Penatalaksanaan spesifik
-     stroke iskemik : trombolitik, antikoagulansia, antiagregasi tombosis,obat untuk edema otak, neuroprotektor.
-     stroke hemoragik : paling penting disini adalah mengatasi penyebabnya dan segera turunkan tekanan darah untuk mencegah terjadinya perdarahan ulang, penderita harus istirahat total minimal 4 minggu agar penyembuhan luka pada pembuluh darahnya lebih baik. Tekanan intrakranial diturunkan, Mencegah perdarahan ulang dengan memberikan golongan antifibrinolitik ( asam traneksamat), Untuk mencegah spasme arteri ( nimodipin) kalau perlu dilakukan tindakan operasi
4.   Rehabilitasi
-   menjaga atau menigkatkan kemampuan jasmani, rohani, sosial.
-   fisioterapi, tes ocupasi, latihan berjalan.

Pemeriksaan penunjang
Lab; darah lengkap, hitung jenis, urine lengkap, asam urat, elektrolit, analisa gas darah, APTT , HDL ,LDL ,Kolesterol, Trigliserida. 
 Ct-scan 
  Rongent toraks, EKG

Faktor resiko stroke

A.  Tidak dapat dimodifikasi
Tidak dapat di rubah dan dapat dipakai sebagai marker stroke pada seseorang
-         Usia , biasanya stroke diderita seseorang diatas dekade 4 dan 5.
-         Jenis kelamin, laki- laki lebih banyak menderita stroke dibandingkan    perempuan.
-         Herediter, stroke mempunyai pengaruh dari riwayat keluarga. Bila dalam satu keluarga ada yang menderita stroke, maka kemungkinan anggota keluarga yang lain ada yang menderita stroke bila ada faktor lain yang mencetuskannya.
-          Ras/ etnik, biasanya stroke diderita oleh orang yang berasal dari daerah yang mempunyai kebiasaan menggunakan santan dan senang makanan asin dan senang makan jeroan.

B. Dapat dimodifikasi
-          Hipertensi
Merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya stroke. Baik sistole yang tinggi maupun tekanan diastole yang tinggi. Mereka yang belum mendapatkan stroke, maupun yang sudah mengalami stroke harus mengendalikan hipertensinya dengan baik.
Dalam menanggulangi hipertensi harus diupayakan juga tindakan non farmakologis. Kita menyadari bahwa hipertensi umumnya penyakit seumur hidup. Makin tinggihipertensi kita, makin besar kemungkinan membutuhkan obat anti hipertensi seumur hidup. Sebagaimana lazimnya dengan terapi obat,kita harus mewaspadai efek samping yang terjadi.
Rekomendasi ;
Mengupayakan tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan diastole < 90 mmHg 
Modifikasi gaya hidup; kontrol berat badan, aktifitas fisik, hindari minum alkohol, diet mengadung rendah garam ( 100mmol/ hari ) 
Bila setelah modifikasi dan merubah gaya hidup tekanan darahnya masih tetap tinggi , maka di perlukan obat anti hipertensi.
-   Diabetes melitus
Merupakan faktor yang kurang kuat dibandingkan dengan hipertensi. Diabetes merupakan keadaan hiperglikemia yang kronis. Disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan dan faktor genetik.

Pengatur utama kadar gula dalam darah adalah insulin, hormon dibentuk dan disekresikan oleh sel beta di pankreas. Hiperglikemia dapat terjadi karena ketidakseimbangan metabolisme kharbohidrat, lemak, dan protein.

Kadar glukosa dalam plasma darah yang melebihi 200 mg % adalah dignosis untuk diabetes melitus. Diduga bahwa mempercepat terjadinya aterosklerosis. Pada penderita diabetes biasanya dijumpai aterosklerosis yang lebih berat, lebih tersebar, dan mulai lebih dini.

Pada penderita yang diabetesnya di dapat mulai usia tengah baya -maka biasanya merupakan non insulin dependen.pada jenis ini didapat defisiensi insulin yang relatif.
Tujuan pengobatan diadetes melitus ;
Memulihkan kesehatan, kekuatan, dan enersi. Memperoleh dan mempertahankan berat badan yang normal. Mengusahakan keadaan normoglikemia, tanpa adanya keadaan hipoglikemia. Mencegah terjadinya komplikasi
Rekomendasi ;
Mengontrol dan mengendalikan kadar gula darah dengan cara diet, olahraga yang teratur. Terapautik ; obat hipoglikemia oral (sulfonilurea, biguanid, insulin ). Mengobati hipertensi jika ada

-          Kelainan jantung
Beberapa penyakit jantun dapat meningkatkan kemungkinan mendapatkan stroke. Gagal jantung kongestif da penyakit jantung koroner mempunyai peranan penting dalam terjadinya stroke. Resiko mendapatkan stroke lebih besar pada orang yang memiliki kelainan di agmbaran EKG.

The European Stroke Initiative mengemukakan bahwa pengobatan jangka panjang dengan antikoagulan oral harus dipertimbangkan pada semua pasien dengan fibrilasi atrium.
Karakteristik pasien
rekomendasi
Usia < 65th tanpa faktor resiko
Usia <65th dengan faktor resiko
Usia 65- 75th tanpa faktor resiko
Usia 65- 75 th dengan faktor resiko
Usia > 75 th dengan atau tanpa   faktor resiko
Aspirin
Warfarin ( INR 2,5 range 2,0-30)
Aspirin atau warfarin
Warfarin ( INR 2,5 range 2,0-3,0)
Warfarin ( INR 2,5 range 2,0-3,0)

-     Aterosklerosis
Kata ini dapat digunakan bagi sekelompok kelainan yang mengakibatkan menebalnya serta mengurangnya kelenturan ( elastisitas) dinding pembuluh darah. Ada tiga jenis ateroslerosis, yaitu ; aterosklerosis ( ditandai dengan pembentukan plaque intima ), sklerosis ( ditandai oleh pengapuran pada tunika media pembuluh darah ) dan arteriosklerosis ( ditandai oleh proliferasi fibromuskular atau penebalan endotel dinding arteri berukuran kecil dan arteriol ).
Beberapa fakta tentang aterosklerosis
Prosesnya sudah terjadi sejak usia yang sangat muda. Bertambah berat dengan bertambahnya usia. Terdapat variasi luas daripada beratnya aterosklerosis. Secara umum dapat dikatakan bahwa perempuan lebih sedikit menderita aterosklerosis dibanding laki- laki. Didapatkan hubungan antara beratnya aterosklerosis dengan tingginya kadar lipid dalam darah, terutama kolesterol, trigliserida, dan beta lipo protein

Manifestasi klinis aterosklerosis, kerusakannya melalui mekanisme;
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah. Oklusi mendadak pembuluh darah karena adanya trombosis atau perdarahan aterom. Merupakan tempaat terbentuknya trombus dan dapat melepaskan kepingan trombus. Menyebabkan dinding arteri menjadi lemah dan menjadi aneurisma yang kemudian robek dan terjadi perdarahan

-          TIA ( transcient Isckemik Attack)
Seseorang yang telah mengalami TIA, kemungkinan besar dapat menderita stroke yang lebih berat, jika penyakitnya tersebut tidak di tanggulangi dengan terapi yang tepat dan didukung adanya faktor resiko yang lain.

-          Dislipidemia
Karakteristik
rekomendasi
Evaluasi awal ( tdk ada PJK )
CT<200mg% & HDL > 35mg %


CT<200mg% & HDL <35mg%
CT200-239mg% & HDL >35mg%
Dengan < 2 faktor PJK
CT200-239mg% & HDL< 35mg%
< 2 faktor PJK
CT> 24mg%

Ulagi pemeriksaan CT dan HDL dalam 5 tahun atau dengan pemeriksaan fisik.
Analisis lipoprotein
Modifikasi diet,evaluasi ulang 1-2 tahun
Analisa lipoprotein

Analisa lipoprotein


REHABILITASI PASIEN STROKE

Pendahuluan
Rehabilitasi adalah suatu proses dinamik yang membantu seseorang mencapai potensi fisik, emosional, psikososial dan vokasional untuk mempertahankan harga diri dan kualitas hidup yang setinggi mungkin. Tujuan utam rhabilitasi adalah memperbaiki fungsi, mendorong kemandirian dan kepuasan hidup, serta memelihara kepercayaan diri. Agar efektif, rehabilitasi harus menjadi suatu filosofi asuhan dan bagian integral pemberian asuhan kesehatan. Rehabilitasi mengartikan suatu kesinambungan restorasi fungsional. Padasituasi tertentu pemulihan lengkap dimungkinkan. Akan tetapi bila pemulihan lengkap dari fungsi tidak dimungkinkan dan terjadi kecacatan permanent maka pasien harus dibantu untuk menerima, menyesuaikan dan berkompensasi terhadap kekurangan yang ada serta mencapai tingkat fungsi yang optimal. Untuk penyakit kronis tanpa penyembuhan, suatu program rehabilitasi dapat mengoptimalkan kualitas hidup melalui promosi kesehatan, mengatasi gejala, mencegah komplikasi dan edukasi pasien untuk mendorong kemandirian selama mungkin.



Program Rehabilitasi Medik Pada Stroke
Secara umum Program Rehabilitasi Medik pada pasien stroke dibagi dalam 3tahap, yaitu:
I. Tahap 1: Stadium Akut
Pada stadium ini pasien masih dalam kondisi medis belum stabil. Kesadaran pasien bervariasi dari kompos mentis sampai koma. Umumnya terdapat gangguan motorik dalam bentuk kelemahan satu sisi anggota gerak disertai gangguan lainnya, seperti gagguan bicara, gangguan berbahasa, gangguan menelan, dan sebagainya.
Pada kondisi ini rehabilitasi medik preventive menjadi inti aktifitas,artinya dilakukan upaya agar tidak terjadi komplikasi akibat penyakit utama atau akibat imobilisasi yang dilakukan pasien.

II. Tahap 2 : Stadium Pemulihan Neurologis
Pada keadaan ini pasien telah stabil. Pemulihan neurologist ditandai dengan adanya peningkatan kekuatan otot, refleks dan tonus otot yangsemula hilang mulai muncul bahkan timbul spastisitas. Upaya rehabilitasi medik pada stadium ini adalah untuk mengendalikan dan mengontrol agar timbulnya refleks ataupun tonus otot tidak berlebihan agar tidak mengganggu pemulihan fungsi dikemudian hari. Sebaliknya , pada otot yang tonusnya kurang, perlu mendapat stimulasi dan fasilitasi. Keseimbangan antara otot agonis dan antagonis harus dipertahankan.

III. Tahap 3 : Stadium pemulihan Fungsional
Stadium ini bertumpang tindih dengan stadium pemulihan neurologis. Titik berat program rehabilitasi pada stadium ini terletak padamelatih gerakan fungsional yang bertujuan. Dimulai dari gerakan volunteer yang sudah ada. Latihan bertahap dan intervensi untuk merawat diri sampai aktif dalam kegiatan sehari-hari seoptimal mngkin, sejalan dengan pemulihan neurologist yang terjadi. Suatu saat dicapai kondisi yang memungkinkan pasien tidak perlu dirawat inap,tetapi melanjutkan program rehabilitasi sebagai pasien rawat jalan. Fse ini dapat berlangsung lama,sampai mencapai tujuan yang ditetapkan. Sejak awal, perawatan dengn wawasan rehabilitasi medis mulai diterapkan. Meyakinkan pasien agar mulai aktif berpartisipasi bersamaan dengan kondisi medis yang membaik, merupakan pemicu motivasi yang positif.

Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :
Perubahan posisi berbaring setiap 1-2 jam untuk mencegah kerusakan kulit, terutama pada area kulit yang mendapat tekanan. Posisikan pasien pada posisi anti kontraktor, terutama pada area parese. Kenali dengan baik dan cegah kecendrungan terjadinya pola kontraktur pada pasien stroke, yaitu kontraktur fleksi pada jari – jari area pergelagan tangan, pada siku dan pada bahu disertai spastisitas tungkai. Latihan lingkup gerak sendi dilakukan secara hati – hati dan benar. Lathan ini disertai sedikit peregangan otot akan mencegah kontraktur sendi dan menstimulasi redukasi otot. Bila kondisi medis cukup stabil, lanjutkan dengan mobilisasi lanjut. Biasanya fase ini sudah dapat dilakukan 24 – 48 jam pasca stroke. Perkenalkan cara transfer kepda pasien dan keluarganya. Lakukan aktifitas transfer (berubah posisi berpindah tempat) dengan cara hemat energi dan memanfaatkan gerak otot sendi secara efesien.
Pasien diajak untuk aktif  berperan serta untuk kegiatan yang bertujuan, misalnya kebersihan diri, berkomunikas, berinteraksi dengan staff medis/perawat serta pasien lain.

Manfaat Mobilisasi
Mencegah deep vein thrombosis, dekubitus, kontraktur, konstipasi, dan pneumonia. 
Memperbaiki toleransi orthostatic 
Secara cepat terjadi pengembalian fungsi mental, motorik dan kemampuan untuk aktifitas sehari – hari. 
Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap proses pemulihan
Mobilisasi segera ditunda bila terjadi :
-  Keadaan dan atau Stroke berat
-  Gejala / tanda neurologist yang memburuk 
-  Perdarahan sub-Arachnoid atau intra serebral
-  Hipotensi orthostatic 
-  Miocardial infark akut
-  Deep vein Thrombosis akut,sampai dapat teratasi

Rehabilitasi Medik Pada Stroke :
Fase Awal
Pada fase ini keadaan pasien mungkin masih lemah. Dengan kesdaran yang rendah dan belum dapat berpartispasi secara aktif selama pengobatan. Pada fase ini yang utama adalah mencegah akibat yang timbul dari tirah baring yang lama dengan cra merubah posisi pasien setiap 2 jam disiang hari dan setiap 4 jam di malam hari.
Ada 3 posisi yang dianjurkan :
1.   Posisi dimana pasien berbaring terlentang – pada bagian yang lumpuh disangga dengan bantal.
2.   Posisi dimana pasien berbaring pada posisi yang lumpuh – dengan posisi lengan yang lumpuh membentuk sudut 90o dari badan. Lengan yang sehat diletakkan diatas badan/bantal, tungkai dan kaki yang sehat dalam posisi melangkah, diganjal bantal, pergelangan paha dan lutut agak ditekuk.
3.  Posisi dimana pasien berbaring pada sisi yang sehat dengan posisi lengan dan tangan yang lumpuh diatas bantal dan membentuk sudut rentang sekitar 100o dari badan, tungkai yang lumpuh – pergelangan paha dan lutut agak ditekuk. Tungkai dan kaki diganjal dengan bantal.

Selain itu, pada fase ini pasien juga dilatih gerak pasif untuk mencegah konraktur dan kekakuan. Pada fase ini juga dilakukan pencegahan timbulnya infeksi saluran kemih. Pada pasien dengan inkontinensia urine dan kelemahan otot sfingter sebaiknya dipasang kondom kateter pada laki – laki dan pada pada pasien wanita digunakan indwelling catheter. Kondom kateter ini diganti setiap hari , sedangkan indwelling kateter diganti setiap minggu. Jika terjadi retensio urine, maka dilakukan metode intermitten kateter sebanyak 4 kali dalam sehari. Jika pasien dirawat, maka dilakukan kultur urine setiap minggunya.
Pada kasus konstipasi, maka pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi diet tinggi serat dan makanan lunak. Jika tidak berhasil,maka baru gunakan obat pencahar. Pada fase ini juga diperhatikan kelabilan emosi pasien, sehingga hal tersebut tidak mengganggu proses rehabilitasi.
Penggunaan elastic stocking juga dianjurkan untuk mencega terjadinya trombosiss vena – vena profunda dan ekstremitas inferior selama aktivitas ambulasi. Pada fase ini juga dilakukan evaluasi terhadap gangguan komunikasi dan yang tidak kalah pentingnya adalah speech therapy pada pasien – pasien dengan afasia atau disartria seperti pada kasus ini.

Fase Lanjut
Pada fse ini partisipasi pasien sangat besar dal setiap latihan. Fase ini diawali dengan latihan motorik berupa turning,rolling,sitting,kneeling. Latihan ini harus berdasar pada:
1. Aktivitas dilakukan pada sisi yang terkena.
2. Pasien harus diposisikan pada posisi yang mencegah timbulnya spatisitas.
3. Latihan aktif dan pasif pada sisi yang lumpuh sebaiknya dimulai sejak fase awal  dan berlanjut hingga fase lanjut.
4. Gerakan dimulai dari anggota geraktubuh terutam daerah sendi panggul dan sendi bahu.
5.      Jaga keseimbangan.

Selanjutnya dapat dilakukan Gait training (latihan berjalan) dengan tahapan :
1. Pasien belajar dengan berpegangan pada pararel bar atau penunjang lain saat berjalan.
2. Bila keseimbangan mulai nyata, penderita belajar memindahkan beban penuh pada ekstremitas yang lebih sakit.
3. Pasien mulai melakukan gerakan jalan ditempat (Gaid drilld) dengan berdiri     ditempat dan bergantian memindahkan berat badan pada kedua tungkai.
4. Setelah jalan ditempat dengan keseimbangan mantap, pasien mulai jalan maju di pararel bar untuk membantu pola respirokal yang baik.
5. Mulai memakai tongkat kaki empat yanglebih stabil.
6. Akhirnya memakai tongkat biasa.
7. Belajar menaiki tangga dan ramp (tanjakan)

Kontraktur sendi mengganggu fungsi sehingga segala upaya harus dilakukan sejak hari pertama serangan stroke untuk mencegah terjadinya kontraktur. Tindakan pencegahan termasuk :
Teknik pengaturan letak
Gerakan Pasif semua sendi, dilakukan 2x sehari
Bila memungkinkan, pasien diajarkan melakukan latihan gerak sendi sendiri setelah fungsi motorik cukup pulih
Latihan dilanjutkan secara permanent baik aktif maupun pasif setiap hari.

Bila terjadi kontraktur harus dilakukantindakan koreksi, terutama kontraktur pda panggul, lutut, dan kaki yang menambah kesulitan ambulasi. Modalitas terapi yang paling sering dan sederhana adalah peregangan pasif selama 20 menit dan diawali dari pemanasan dari ultrasound, diatermi untuk meningkatkan elastisitas jaringan ikat. Apabila kontraktur menetap,dapat dicoba aplikasi serialcost yang dirubah tiap 3 – 4 hari hingga gerakan sendi bertambah mencapai maksimum. Apabila setelah beberapa minggu serialcost tidak berhasil, pembedahan merupakan indikasi.


DAFTAR PUSTAKA
PERDOSSI : Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia. Hal 3-7
Prof. DR. Mahar Mardjono & Prof. DR. Priguna Sidharta : Neurologi Klinis Dasar, Edisi VI, 1994, Hal 270 – 290.
Mary Carter Lombardo : Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses Penyakit, Edisi 4, 1995, Hal 964 – 972.
Dr. Siti Amnisa Nuhonni, SpRM, Simposium Penatalaksanaan Stroke Masa Kini, 101, Bandar Lampung,2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar