Sistem Pencernaan
Sistem
pencernaan (bahasa Inggris: digestive
system) adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan,
mencernanya menjadi energi
dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Sistem
pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda.
Secara spesifik, sistem
pencernaan berfungsi untuk mengambil makanan, memecahnya menjadi molekul nutrisi
yang lebih kecil, menyerap molekul tersebut ke dalam aliran darah, kemudian
membersihkan tubuh dari sisa pencernaan.
organ
yang termasuk dalam sistem pencernaan terbagi menjadi dua kelompok:
Diagram sistem pencernaan
manusia bagian perut
Saluran pencernaan
Saluran pencernaan
merupakan saluran yang kontinyu berupa tabung yang dikelilingi otot. Saluran
pencernaan mencerna makanan, memecah nya menjadi bagian yang lebih kecil dan
menyerap bagian tersebut menuju pembuluh darah. Organ-organ yang termasuk di
dalam nya adalah : mulut, faring, esofagus, lambung,
usus halus serta usus besar. Dari usus besar makanan akan dibuang keluar tubuh
melalui anus.
- Organ pencernaan tambahan (aksesoris)
Organ pencernaan tambahan
ini berfungsi untuk membantu saluran pencernaan dalam melakukan kerjanya. Gigi
dan lidah terdapat dalam rongga mulut, kantung empedu
serta kelenjar pencernaan
akan dihubungkan kepada saluran pencernaan melalui sebuah saluran. Kelenjar
pencernaan tambahan akan memproduksi sekret yang berkontribusi dalam
pemecahan bahan makanan. Gigi, lidah, kantung empedu, beberapa kelenjar
pencernaan seperti kelenjar ludah, hati dan pankreas.
PENGERTIAN
Gastroenteritis
atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi
lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK,
2007).
Gastroenteritis
atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006).
Dapat
disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan usus
yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai
dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari)
disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi
pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.
B.
ETIOLOGI
1.
Faktor infeksi
A.
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:
1).
Infeksi bakteri
Vibrio,
E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan
sebagainya.
2).
Infeksi virus
entrovirus
(virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astovirus dan
lain-lain.
3).
Infeksi parasit
Cacing,
protozoa, dan jamur.
2.
Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi
karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi lemak,
malabsorbsi protein.
3.
Faktor makanan
Makanan
basi beracun dan alergi makanan.
4.
Faktor kebersihan
Penggunaan
botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum mengkonsumsi
makanan.
5.
Faktor psikologi
Rasa
takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan peristaltik
usus.
C.
PATOFISIOLOGI
Sebagian
besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena
infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.
Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta
kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan
malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya
dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab
gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin
(Compylobacter, Salmonella, Escherichia
coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat
pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa
melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa
kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain
itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat
dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan
gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi
darah.
D.
TANDA DAN GEJALA
1.
Diare.
2.
Muntah.
3.
Demam.
4. Nyeri abdomen
5.
Membran mukosa mulut dan bibir kering
6.
Fontanel cekung
7.
Kehilangan berat badan
8.
Tidak nafsu makan
9.
Badan terasa lemah
E.
KLASIFIKASI
Diare
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare
infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan Enterotolitis
nektrotikans.
b. Diare
non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau
dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare
infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh
bakteri, virus dan parasit.
b. Diare
infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare
karena bronkhitis.
3.
Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare
akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai
30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang
berakhir dalam 14 hari.
b. Diare
kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih (Sunoto, 1990).
G.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan
laboratorium.
2. Pemeriksaan
tinja.
3. Pemeriksaan
gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan dengan
menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
4.
Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5. Pemeriksaan
elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik atau parasit
secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi
dan lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.
H.
PENATALAKSANAAN
1.
Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang
perlu diberikan kepada penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a.
Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1).
Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous
Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui
keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2).
Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL (Concomitant
water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
1).
Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap
1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L.
Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L,
Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada
beberapa cairan rehidrasi oral:
a).
Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang
dikenal dengan nama oralit.
b).
Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas misalnya:
larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain,
disebut CRO tidak lengkap.
2).
Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi
parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu
dilakukan evaluasi:
a).
Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b).
Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).
2.
Antibiotik
Pemberian
antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena
40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan
gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada
feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg
oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral
4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin
500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).
3.
Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin
sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4
mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut
meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan
dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi
defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri
obat ini tidak dianjurkan.
KOMPLIKASI
1.
Dehidrasi
2.
Renjatan hipovolemik
3.
Kejang
4.
Bakterimia
5.
Malnutrisi
6.
Hipoglikemia
7.
Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
J.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri akut berhubungan dengan Reflek spasme otot pada dinding perut
2.
Hipertemi berhubungan dengan sirkulasi darah yang menurun
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat
4.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang aktif
melalui feses dan muntah
K.
INTERVENSI
1.
Nyeri akut berhubungan dengan Reflek spasme otot pada dinding perut
Intervensi
:
a.
Kaji frekuensi, lokasi, dan skala nyeri
b.
Monitor tanda tanda vital
c.
Berikan posisi senyaman mungkin
d.
Ajarkan teknik relaksasi distraksi
e.
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik
2.
Hipertemi berhubungan dengan sirkulasi darah yang menurun
Intervensi
:
a.
Kaji tanda gejala hipertemi
b.
Ajarkan klien dan keluarga pentingnya mempertahankan masukan yang adekuat
sedikitnya 2000 ml/ hari
c.
Monitor intake dan output dehidrasi
d. Monitor suhu dan tanda vital
e.
Kolaborasi dengan TIM Medis (dokter) pemberian obat antipiretik
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat
Intervensi
:
a.
Kaji intake dan output makanan
b.
Berikan makanan sedikit tapi sering setiap 2-3 jam,
c.
Timbang berat badan tiap hari,
d.
Instruksikan teknik-teknik pemberian makanan yang sehat,
e.
Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi,
4.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang aktif
melalui feses dan muntah
Intervensi
:
a.
Pantau tanda dan gejala: kulit dan membram mukosa kering, haus, lemah\
b.
Pantau masukan pengeluaran dan berat badan,
c.
Berikan cairan iv sesuai instruksi
d.
Berikan larutan hidrasi oral sesuai instruksi,
e.
Dorong masukan cairan dengan tepat
f. Awasi TTV pengisian kapiler,
g.
Hindari masukan cairan jernih seperti jus, buah, minuman bikarbonat.
DAFTAR
PUSTAKA
Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification.
United States of America : Mosby.
Guyton
& Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson,
E. 2006. Nursing Outcomes Classification.
United States of America : Mosby
North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA). 2010. Diagnosis
Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.
Nurmasari, Mega. 2010. Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut
(GEA) Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta Januari - Juni Tahun 2008. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah. (Diakses 12 Desember 2011 : http://etd.eprints.ums.ac.id/7681/)
Ratnawati,
Dwi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Gastroenteritis di Bangsal Anggrek
RSUD Sukoharjo. Jawa Tengah.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Diakses 12 Desember 2011 : etd.eprints.ums.ac.id/2886/1/J200050055.pdf)
Wicaksono, Arridho D. 2011. Pemilihan
Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut Pada Pasien
Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2009. Jawa Tengah.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Diakses 12 Desember 2011 : etd.eprints.ums.ac.id/12642/1/COVER%2B_BAB_1.pdf).
Winarsih,
Biyanti D. 2011. Efektivitas Mutu
Berbasis Praktek, Intervensi Peningkatan Multimodal Untuk Gastroenteritis
Pada Anak. Jakarta. Universitas Indonesia. (Diakses 12 Desember : www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%20SIM%20UTS.pdf).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar