Sistem
Kardiovaskuler I
Sistem kardiovaskuler merupakan suatu sistem
yang secara umum berperan mengedarkan darah ke seluruh tubuh, sekaligus membawa
oksigen dan zat gizi ke semua jaringan tubuh serta mengangkut semua zat
buangan. Fungsi sistem kardiovaskular adalah memberikan dan mengalirkan suplai
oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam
proses metabolisme.
Komponen utama :
Sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem
transpor tertutup yang terdiri atas:
A.
Jantung, sebagai organ pemompa.
B.
Komponen darah, sebagai pembawa materi oksigen dan nutrisi.
C.
Saluran darah, sebagai media yang mengalirkan komponen darah.
Ketiga komponen tersebut harus berfungsi dengan
baik agar seluruh jaringan dan organ tubuh menerima suplai oksigen dan nutrisi
yang adekuat.
A.
Jantung
Jantung
merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Fungsi utama
jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari
hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan
mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya
ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang
karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru
dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
Sistem Kardiovaskuler
terdiri dari darah,jantung dan pembuluh darah. Jantung terletak di dalam
mediastinum di rongga dada. 2/3 nya terletak di bagian kiri, 1/3 nya terletak
di bagian kanan dari garis tengah tubuh.
Berat jantung orang
dewasa laki-laki 300-350gr, berat jantung orang dewasa wanita 250-350 gr.
Panjang jantung 12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6 cm atau 4 gr/kg dari berat badan
ideal.
Perikardium
Fungsi jaringan ini :
Melindungi
jantung
Menjaga bentuk
jantung
Mencegah
pemasukan darah yang berlebih pada jantung.
Myokardium Lapisan tengah
(utama) dari jantung
Miokardium
tersusun atas jaringan otot jantung
Fungsi utama
adalah dalam kontraksi jantung di bagian ventrikel lebih tebal dibanding
atrium.
Endokardium
Lapisan bagian
dalam jantung
Letaknya di
lapisan bagian dalam jantung
Melindungi
rongga jantung dan katup-katup.
Syaraf Jantung
a. Nodus S.A ( Nodus Sinus Arterio) disebut juga nodus keith - flack, merupakan
serabut-serabut saraf yang terdapat pada dinding atrium kanan dekat muaravena
cava superior dan vena cava inferior.
b. Nodus A.V (Nodus Atrium Ventrikel) disebut juga simpul tawara, terdapat pada
perbatasan antara serambi (atrium) dan bilik (ventrikel)
c. Berkas His, terdapat pada sekat antar bilik yang bercabang-cabang menjadi
serabut purkinje.
d.
Mekanisme aliran rangsang sehingga jantung berdenyut adalah :
stimulus –> Nodus S. A —> Berkas His —> Serabut purkinje —> Kontraksi bilik (ventrikel).
stimulus –> Nodus S. A —> Berkas His —> Serabut purkinje —> Kontraksi bilik (ventrikel).
Tekanan/ Denyut
Jantung
Berkaitan dengan menguncup dan mengembangnya
jantung , dikenal 2 macam tekanan darah yaitu:
a.
Sistole adalah peristiwa menguncupnya bilik dan darah keluar dari jantung
(jantung kontraksi). Pada orang normal tekanan nya sekitar 120 mm Hg.
b.
Diastole adalah peristiwa mengembangnya bilik jantung dan darah masuk ke
jantung (jantung relaksasi), pada orang normal tekanannya sekitar 80 mm Hg.
c.
Alat untuk mengukur tekanan darah disebut Sphigmomanometer.
Katup-Katup
Jantung
a. Katup Atrioventrikuler
Merupakan katup yang terletak diantara atrium dan ventrikel..
katup antara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah daun katup
disebut katup trikuspidalis. Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri
dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup disebut katup bikuspidalis atau
katup mitral.
Katup Atrioventrikuler memungkinkan darah mengalir dari
masing-masing atrium ke ventrikel pada waktu diastole ventrikel, serta mencegah
aliran balik ke atrium pada saat sistol ventrikel.
b. Katup Semilunar
Merupakan katup yang mengalirkan
darah dari jantung ke seluruh tubuh dan paru-paru. Katup pulmonal, terletak
antara arteri pulmonalis dan ventrikel kanan. Katup aorta, terletak antara
ventrikel kiri dan aorta.
Kedua katup semilunar terdiri dari 3 daun katup. Adanya katup
semilunar memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri
pulmonalis atau aorta selama sistol ventrikel, dan mencegah aliran balik ke
ventrikel sewaktu diastole ventrikel.
B. Darah
Darah
manusia adalah cairan di dalam tubuh yangberfungsi untuk mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh
tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat
sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari
berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Darah
terdiri dar dua komponen, yaitu :
Korpuskuler adalah unsur
padat darah yaitu sel-sel darah Eritrosit, Leukosit, dan Trombosit.
a.
Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%). Eritrosit tidak
mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak
dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan
mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit akan
menderita penyakit anemia.
b.
Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%). Trombosit bertanggung jawab
dalam proses pembekuan darah.
c.
Sel darah putih atau leukosit (0,2%). Leukosit bertanggung jawab
terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan
benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau
bakteri.
- Plasma Darah
serum
darah atau plasma terdiri atas:
Air: 91,0%
Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, , kalium dan zat besi,nitrogen, dll)
Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung albumin, bahan pembeku darah, immunoglobin (antibodi), hormon, berbagai jenis protein, dan berbagai jenis garam.
C.
Saluran Darah
Arteri
(pembuluh darah nadi), yaitu pembuluh darah yang membawa darah keluar dari
jantung. Arteri ini terbagi menjadi dua, yaitu:
a.
Arteri pulmonalis
Merupakan pembuluh nadi yang membawa darah menuju paru-paru
Merupakan pembuluh nadi yang membawa darah menuju paru-paru
b.
Aorta
Merupakan pembuluh darah besar yang membawa darah menuju seluruh tubuh.
Merupakan pembuluh darah besar yang membawa darah menuju seluruh tubuh.
Vena (pembuluh
darah balik), yaitu pembuluh darah yang membawa darah menuju ke jantung.
a.
Vena Pulmonalis yaitu, pembuluh darah yang membawa darah dari paru-paru menuju
ke jantung.
b.
Vena cava inferior yaitu, pembuluh darah yang membawa darah dari bagian bawah
tubuh menuju jantung.
c.
Vena cava superior yaitu, pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atas
tubuh menuju ke jantung.
Pembuluh darah
kapiler yaitu, permbuluh darah halus yang langsung berhubungan dengan jaringan
tubuh. Pada pembuluh darah kapiler terdapat hubungan antara pembuluh darah
arteri dengan pembuluh darah vena.
Pertukaran material dalam pembuluh darah kapiler ke sel terjadi melalui
mekanisme difusi, dan sistem transport aktif.
Aliran darah dalam kapiler lebih lambat sehingga memungkinkan proses pertukaran menjadi lebih efektif.
Aliran darah dalam kapiler lebih lambat sehingga memungkinkan proses pertukaran menjadi lebih efektif.
a.
Venule
Pembuluh darah kapiler dari vena.
Pembuluh darah kapiler dari vena.
b.
Arteriole
Pembuluh darah kapiler dari arteri.
Pembuluh darah kapiler dari arteri.
Peredaran Darah Jantung
A.
Peredaran Darah Kecil (Sirkulasi Pulmonal)
Darah
yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida dari seluruh tubuh
mengalir melalui 2 vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan.
setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel
kanan.
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner
ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui
pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di
paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya
dihembuskan.
Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis
menuju ke atrium kiri. Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru
dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner.
Ventrikel
kanan jantung –> Arteri pulmonalis –> paru-paru –> vena pulmonalis
–> atrium kiri jantung pulmonalis jantung.
B.
Peredaran Darah Besar (Sirkulasi Sistemik)
Darah
dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel kiri, yang selanjutnya akan
memompa darah yang kaya akan oksigen ini melewati katup aorta masuk ke dalam
aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Aorta ini bercabang menjadi arteri lebih
kecil yang mengantarkan darak ke gabian-bagian tubuh tertentu.
Arteri
ini bercabang dan beranting menjadi arteriol yang mengantarkan darah ke tissu
sel. Arteriol membentuk cabang-cabang yaitu kapiler, tempat pertukaran zat
antara tissu sel dengan pembuluh darah terjadi. Lalu kapiler bersatu di venula.
Venula-venula bersatu menjadi vena yang membawa kembali darah ke jantung. Darah
kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru.
Ventrikel
kiri –> aorta –> arteri superior dan inferior –> sel / jaringan tubuh
–> vena cava
inferior
dan superior –> atrium kanan jantung
C.
Sirkulasi Portal
Sirkulasi
Portal adalah sistem peredaran darah yang menuju ke alat-alat pencernaan menuju
ke hati, sebelum kembali ke jantung. pembuluh darah portal berwarna coklat
karena banyak mengandung nutrien.
Darah
dari lambung, usus, pankreas dan limpa dikumpulkan oleh vena porta (pembuluh
gerbang) didalam hati. Vena ini bercabang membentuk kapiler-kapiler yang
bersatu dengan kapiler-kapiler arteri hepatika. Kemudian darah dibawa
menjelajahi organ hati dan dikumpulkan oleh vena hepatika. Vena ini
mengantarkan darah ke vena kava inferior dan masuk ke jantung.
Pengertian Tekanan Darah
Menurut Djoko
santoso (2010) tekanan darah adalah tekanan dimana darah beredar dalam pembuluh
darah. Tekanan ini terus menerus berada dalam pembuluh darah dan memungkinkan
darah mengalir konstan. Tekanan darah dalam tubuh pada dasarnya merupakan
ukuran tekanan atau gaya didalam arteri yang harus seimbang dengan denyut
jantung, melalui denyut jantung darah akan dipompa melalui pembuluh darah
kemudian dibawa keseluruh bagian tubuh. Tekanan darah dipengaruhi volume darah
dan elastisitas pembuluh darah (Rusdi, 2009).
Menurut tim peneliti dari Universitas Cambridge dan
Nottingham Inggris, tekanan darah dikontrol oleh hormon yang disebut
angiotensis (Anna, 2010). Tekanan
tertinggi karena jantung bilik kiri memompa darah ke arteri disebut tekanan
sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah saat jantung beristirahat
atau rileks. Tekanan darah digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap
tekanan diastolik. Pada orang dewasa
tekanan normal berkisar 120/80 mmHg (Santoso, 2010).
2.1.2 Mengukur Tekanan Darah
Mengukur
tekanan darah umumnya dengan sfigmomanometer dengan komponen manset, alat
pompa. Mansetnya berukuran standart dilingkarkan pada lengan atas dan kemudian
diisi dengan udara yang cukup untuk menekan arteri. Pada kondisi tersebut
aliran darah berhenti sesaat. Kemudian udara dilepaskan perlahan-lahan hingga
arah mulai mengalir kembali melalui arteri, lalu dengarkan lewat stetoskop.
Suara denyutan yang terdengar pertama kali adalah tekanan darah sistolik. Dalam
fase ini bilik jantung dalam kondisi menguncup. Seiring semakin besarnya udara
yang dikeluarkan darah manset, hingga tercapai arteri terbuka sepenuhnya, pada
saat ini aliran darah mengalir lancar dan suara denyutan arteri menghilang.
Tekanan ketika
suara denyutan terakhir menghilang dinamakan tekanan darah diastolik. Selama
fase diastolik, bilik jantung dalam kondisi mengembang. Dari dua hasil
pemeriksaan tekanan darah, kedua nilai itu seakan dinyatakan dengan angka
pecahan. Sebagai contoh, “120/80” mmHg menunjukkan tekanan darah sistolik 120
mmHg dan diastolik 80 mmHg. Angka atas menunjukkan tekanan sistolik, yaitu
besarnya tekanan pada arteri ketika jantung menguncup dan darah didorong ke
dalam aorta.
Angka
bawah menunjukkan tekanan diastolik, yaitu sisa tekanan yang ada pada arteri
antara dua denyut jantung ketika otot jantung mengembang dan mengisi darah.
Selama waktu ini tekanan darah turun.
Tekanan darah yang diperiksa ketika berbaring, duduk atau berdiri biasanya
serupa. Pengukuran tekanan darah yang ideal adalah saat duduk, diam (santai),
tanpa bicara, karena itu mencerminkan keseharian seseorang (Santoso, 2010).
2.1.3 Mekanisme Pemeliharaan
tekanan darah
Tekanan darah
dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, jantung, pembuluh darah
arteri, dan sebagaian hormon. Jantung
bekerja sebagai pemompa darah mengalir ke pembuluh darah arteri besar (aorta)
yang akan disebarkan ke seluruh tubuh. Jantung kanan menerima pembuluh darah
dari seluruh bagian tubuh melalui vena cava superior dan inferior, kemudian
darah yang mengantarkan oksigen dan zat makanan keseluruh tubuh dialirkan
menuju paru. Sampai di kantong paru (aveoli), darah mengambil oksigen dan
membuang CO2 dan selanjutnya meninggalkan paru dan kembali ke jantung masuk ke
serambi kiri. Dari serambi kiri darah dipompa melalui aorta, semakin berat
kerja jantung dalam memompa darah maka semakin besar daya yang diterima
pembuluh darah arteri.
Pembuluh
darah fungsi untuk mengontrol tekanan darah, mengakomodasi arus aliran darah
perdenyut jantung dan membawa nutrisi dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Sifat
elastis dari dinding arteri ini dapat melebar dan mengkerut ketika dilalui
darah, semakin elastis dinding arteri semakin lancar aliran darah dan makin
sedikit tekanan pada dinding arteri. Namun jika arteri kehilangan elastisitas (menyempit
maka aliran darah tidak lancar sehingga dibutuhkan tenaga untuk melewati arteri
ini.
Otak adalah
pusat pengontrol tekanan darah di dalam tubuh. Serabut sarafnya yang membawa pesan dari semua bagian tubuh yang
diteruskan ke otak tentang kondisi tekanan darah, volume darah dan kebutuhan
khusus semua organ. Informasi ini diproses diotak dan keputusan dikirim melalui
saraf menuju organ-organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai
dengan mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Proses tersebut bersifat
otomatis (Santoso, 2010).
Organ
ginjal mampu menjaga jumlah garam dan air yang dibutuhkan, juga mampu
menyingkirkan kelebihan cairan dan zat buangan tubuh. Kemampuan fungsinya dalam
mengatur jumlah natrium yang disimpan tubuh juga kemampuan mengatur volume air
dalam tubuh yang didukung oleh natrium yang bersifat menahan air sehingga
ginjal mempunyai peranan mengatur tekanan darah karena bila kondisi semakin
banyak natrium didalam tubuh semakin banyak banyak juga air dalam darah. Kelebihan
air didalam darah akan meningkatkan tekanan darah.
Ginjal juga
memproduksi hormon renin. Renin merangsang pembentukan hormon angiotensin suatu
hormon yang menyebabkan pembuluh darah menyempit dengan hasil berupa naiknya
tekananan darah. Sedangkan hormon dari beberapa organ juga dapat mempengaruhi
pembuluh darah seperti kelenjar adrenal pada ginjal yang mensekresikan beberapa
hormon seperti adrenalin dan aldosteron yang mensekresikan esterogen yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Kelenjar tiroid yang menghasilkan hormon tiroksin
berperan dalam pengontol tekanan darah. Hormon ANP (Antinatriuretik Peptid)
hormon yang dibuat jantung. Ketika hormon ANP dikeluarkan berlebihan, ginjal
gagal menyingkirkan kelebihan garam dari darah ke urin sehingga akan terjadi
peningkatan tekanan darah (Santoso, 2010).
Pengertian Hipertensi
Menurut Sylvia
(2005), hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Sedangkan menurut Rusdi (2009)
Hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh meningkatnya
tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini biasanya
berpotensi mengalami penyakit – penyakit lain, seperti stroke dan penyakit
jantung.
Menurut Djoko
santoso (2010) Hipertensi menunjukkan kondisi dimana aliran darah pada arteri
bertekanan terlalu tinggi untuk tubuh yang sehat. Hipertensi sama untuk semua
golongan umur dan pengobatannya didasarkan bukan atas umur akan tetapi pada
tingkat tekanan darah dan adanya risiko kardiovaskuler yang ada pada pasien
(Aru, 2010). Hipertensi sistolik terisolasi bentuk hipertensi yang paling
menonjol pada lansia, definisinya jika tekanan darah sistolik 140 mmHg atau
lebih dengan tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg. Sejalan dengan bertambahnya
usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah (Potter dan Perry,
2005).
2.2.2 Etiologi
Penyebab
hipertensi dibagi menjadi dua golongan menurut Dr.Iskandar Junaidi, 2010 yaitu
:
1. Hipertensi Primer/esensial
Hipertensi
esensial merupakan hipertensi yang memiliki beberapa kemungkinan penyebabnya.
Beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Hipertensi primer terjadi karena kondisi masyarakat
yang memiliki asupan garam cukup tinggi, lebih dari 6,8 gram setiap hari, serta
karena faktor genetik. (terdapat pada
kurang lebih 90% dari seluruh kejadian hipertensi)
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi
sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan karena gangguan pembuluh darah
atau organ tubuh tertentu, seperti ginjal, kelenjar adrenalin, dan aorta.
Penyebab hipertensi sekunder sekitar 5-10% berasal dari penyakit ginjal, dan
sekitar 1-2% karena kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya
pil KB). Penyebab lain yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada
kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinerin (adrenalin) atau norepinerin
(noradrenalin).
2.2.3 Gejala Hipertensi
Terjadi peningkatan tekanan darah kadang
merupakan satu-satunya gejala. Gejala lain yang dirasakan : sakit kepala,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur, mata
berkunang-kunang, mudah marah, telinga berdengung, sulit tidur, rasa berat
ditengkuk, nyeri di daerah bagian belakang, nyeri di dada, denyut jantung kuat
dan cepat, pusing. Dan akan timbul keluhan lain apabila terjadi komplikasi pada
ginjal, otak dan jantung (Widian, 2009).
2.2.4 Faktor – faktor Yang
Mempengaruhi Hipertensi Pada Lansia
Menurut Darmojo
(2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia adalah :
1.
Renin
Tingginya kadar
renin menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan volume darah (akibat
meningkatnya retensi garam dan cairan pada ginjal), mengakibatkan tingginya
kadar tekanan darah.
2.
Peningkatan sensitivitas terhadap asupan garam.
Dengan
bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar
natrium. Ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi
ginjal dan laju filtrasi glomerulus.
3.
Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer
akibat proses
menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah
perifer
yang mengakibatkan hipertensi sistolik.
4.
Perubahan ateromatous
Akibat
proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut
pada pembentukan
berbagai sitokin dan substansi kimiawi lain yang kemudian menyebabkan resorbi
natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer
dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.
2.2.5 Faktor Terjadinya Hipertensi
Menurut Rusdi
(2009) faktor dan penyebab terjadinya hipertensi antara lain :
Faktor yang tidak dapat diubah :
1.
Faktor Keluarga
Keluarga yang
anggotanya mempunyai sejarah tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskuler atau
diabetes, maka biasanya penyakit itu juga akan menurun kepada anak-anaknya.
2.
Jenis kelamin
Pada umumnya laki-laki memiliki kemungkinan lebih besar untuk terserang
hipertensi daripada perempuan. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula
dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada perempuan sering kali dipicu oleh
perilaku tidak sehat, seperti merokok dan kelebihan berat badan, depresi, dan
rendahnya status pekerjaan. Akan tetapi, pada laki-laki lebih berhubungan
dengan pekerjaan dan pengangguran.
3.
Faktor usia
Faktor
usia juga pemicu terjadinya hipertensi.
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dari itu, juga sangat berpotensi
terkena hipertensi. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan
tekanan diastolik terus naik sampai usia 55-60 tahun.
Faktor yang dapat diubah :
1.
Obesitas
Beberapa
penyeledikan telah membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan
penderita yang mempunyai berat badan normal. Penderita obesitas beresiko dua
sampai enam kali lebih besar untuk terserang hipertensi dibandingkan dengan
orang yang berat badan normal. Efek samping obesitas antara lain : Gangguan
pernapasan, keluhan pada tulang, kelainan kulit, pembengkakan/edema (Iskandar, 2010)
2.
Konsumsi garam yang tinggi
Berdasarkan
data statistik diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh suku bangsa atau
penduduk dengan konsumsi garam yang rendah. garam (natrium) bersifat mengikat
air pada saat garam dikonsumsi, maka garam tersebut mengikat air sehingga air
akan terserap masuk ke dalam intravaskuler yang menyebabkan meningkatnya volume
darah. Apabila volume darah meningkat, kerja jantung akan meningkat dan
akibatnya tekanan darah juga meningkat. Dunia kedokteran juga telah membuktikan
bahwa pembatasan konsumsi garam (natrium) oleh obat diuretik (pelancar kencing)
akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut.
3.
Merokok
Merokok dapat
merangsang system adrenergik dan meningkatkan tekanan darah. Dan juga dapat
menyebabkan terjadinya penyempitan dalam saluran paru-paru dapat memicu kerja
ginjal dan jantung menjadi lebih cepat, sehingga naiknya tensi darah tidak bisa
dihindari (Rusdi, 2009). Zat nikotin yang terdapat dalam rokok dapat
menigkatkan pelepasan epineprin, yang dapat mengakibatkan terjadinya
penyempitan dinding arteri karena kontraksi yang kuat (Iskandar, 2010).
4.
Minum minuman beralkohol
Mengonsumsi
alkohol dalam jumlah besar dapat mengganggu dan merusak fungsi beberapa organ
salah satu diantaranya hati. Fungsi hati akan terganggu sehingga mempengaruhi
kinerja atau fungsi jantung ini pada akhirnya menyebabkan hipertensi. Alkohol
juga dapat merangsang dilepaskannya epinefrin atau adrenalin, yang membuat
arteri menciut dan menyebabkan penimbunan air dan natrium.
5.
Stres
Hubungan antara
stres dan hipertensi terjadi akibat aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja
pada saat beraktivitas). Aktivitas saraf simpatis yang bekerja secara aktif dan
meningkat juga memicu terjadinya peningkatan tekanan darah secara tidak
menentu.
6.
Kurang Olahraga
Kurang
olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat.
Olahraga bertujuan untuk memperlancar peredaran darah dan mempercepat
penyebaran impuls urat saraf kebagian tubuh atau sebaliknya sehingga tubuh
senantiasa bugar.
7.
Faktor Obat – obatan
Faktor
terjadinya hipertensi karena pengaruh obat – obatan pada dasarnya lebih
potensial dialami oleh kaum perempuan, terutama mereka yang mengkonsumsi obat –
obat kontrasepsi oral. Konsumsi kontrasepsi oral (pil) dapat beresiko
terjadinya perubahan metabolism lemak (lipid) darah. Efek ini tergantung jenis
dan dosis hormon dalam kontrasepsi oral bila esterogen maka berefek lebih baik
karena menaikkan kolestrol HDL (Kolesterol baik) dan menurunkan kolesterol LDL
(kolesterol buruk). Progestinnya mempunyai efek berlawanan dengan esterogen
sehingga kejadian tekanan darah tinggi (Santoso, 2010)
2.2.6 Klasifikasi Tekanan Darah
Menurut Gunawan
(2001), tekanan darah manusia dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,
sebagai berikut :
1.
Tekanan darah rendah (hipotensi)
2.
Tekanan darah normal (normotensi)
3.
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Sementara
itu, seorang bapak ilmu penyakit dalam. NM Kaplan memberikan batasan atau
ukuran-ukuran tertentu dalam memutuskan orang dikatakan menderita hipertensi
atau tidak. Batasan ini didasarkan terutama pada perbedaan usia dan jenis
kelamin masing-masing orang. Kaplan membuat ketentuan semacam ini:
1.
Seorang pria yang berusia < 45 tahun dapat dikatakan menderita hipertensi
apabila tekanan darahnya pada waktu istirahat > 130/90 mmHg.
2.
Seorang pria berusia > 45 tahun juga dapat dikatakan menderita hipertensi
apabila tekanan darahnya > 145/95 mmHg.
3.
Bagi seorang wanita yang tekanan darahnya > 160/95 mmHg, maka dinyatakan
hipertensi. (Santoso, 2010).
Menurut Nugroho (2008) hipertensi pada lanjut
usia dibedakan atas :
1.
Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2.
Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Tabel 2.1 Menurut
Sutanto (2010) klasifikasi Tekanan darah manusia adalah sebagai berikut:
Kategori
|
Tekanan Sistolik (mmHg)
|
Tekanan Diastolik (mmHg)
|
Tensi optimal
|
< 120 mmhg
|
< 80 mmhg
|
Tensi normal
|
< 130 mmhg
|
< 85 mmhg
|
Tensi normal tinggi
|
130 – 139 mmhg
|
85 – 89 mmhg
|
Hipertensi ringan
|
140 – 159 mmhg
|
90 – 99 mmhg
|
Hipertensi sedang
|
160 – 179 mmhg
|
100 – 109 mmhg
|
Hipertensi berat
|
180 – 209 mmhg
|
110 – 119 mmhg
|
Hipertensi maligna
|
>210 mmhg
|
>120 mmhg
|
2.2.7 Komplikasi Hipertensi
1.
Menyebabkan aterosklersis sehingga mempercepat terjadinya penyakit jantung
iskemik.
2.
Gagal jantung
3.
System saraf menyebabkan perdarahan intraserebral
4.
Ginjal menyebabkan glomerulus atau nekrosis, proteinuria.
5.
Gangguan penglihatan
6.
Gangguan neurology
7.
Gagal jantung
8.
Gangguan fungsi ginjal
9.
Gangguan serebral
10.
Tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara
2.2.8 Penatalaksanaan Hipertensi
dengan Non Farmakologis
Penatalaksanaan
non farmakologis merupakan pengobatan tanpa obat – obatan yang diterapkan pada
hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan darah diupayakan melalui
pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat (Junaedi, 2010) seperti:
1.
Menurunkan berat badan sampai batas ideal
2.
Mengubah pola makan dan makan makanan seimbang
3.
Mengurangi pemakaian garam
4.
Mengurangi / tidak minum –minuman beralkohol
5.
Olahraga yang tidak terlalu berat
6.
Berhenti merokok
2.2.9 Penatalaksanaan Hipertensi
dengan Farmakologis
Jenis – jenis
obat anti hipertensi menurut Brunner, 2002 yaitu :
1.
Diuretic
Kerja utama :
a.
Penurunan volume darah, aliran darah, ginjal dan curah jantung.
b.
Menghambat reabsorbsi natrium dan air dalam ginjal.
c.
Bekerja mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh
berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi ringan
2.
Inhibitor Adrenergik
Kerja utama :
a.
Memperlambat denyut
b.
Menurunkan tekanan darah dengan menurunkan curah jantung
c.
Menghasilkan kecepatan jantung yang lebih lambat
d.
Menghasilkan tekanan darah yang lebih rendah dan menurunkan tekanan darah saat
berdiri juga saat telentang.
3.
Vasodilator
Kerja utama : Menurunkan tekanan perifer namun
secara berlawanan meningkatkan curah jantung dan menurunkan tekanan sistolik dan
diastolik
4.
Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin
Kerja utama :
a.
Menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II
b.
Menurunkan tahanan perifer total
5.
Antagonis Kalsium
Kerja utama :
a.
Menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam sel
b.
Menurunkan afterload jantung
c.
Memperlambat kecepatan hantaran impuls jantung
d.
Menurunkan kerja jantung dan konsumsi energy, meningkatkan pengiriman oksigen
ke jantung.
DAFTAR PUSTAKA
- Chandra, Budiman (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC
- Darmojo, Boedhi dan Martono (2004). Geriatri. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)
- Gunawan (2001). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: penerbit kansius
- Indriyani, Widian (2009). Deteksi dini kolestrol, hipertensi, dan stroke. Jakarta : milistone
- Junaidi, Iskandar (2010). Hipertensi ( Pengenalan, pencegahan, dan pengobatan). Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer
- Lapau, Buchari (2009). Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
- Machfoedz, Ircham (2005). Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan. Jakarta : Tramaya
- Notoatmodjo, Soekidjo (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
- Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta
- Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
- Nugroho, wahyudi (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatri. Jakarta : EGC
- Nursalam (2011). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba medika
- Rusdi (2009). Awas! Bisa mati cepat akibat Hipertensi dan Diabetes. Jogjakarta : Power Books (IHDINA)
- Santoso, Djoko (2010) . Membonsai Hipertensi. Surabaya : Jaring pena
- Setiadi (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. Edisi pertama. Yogyakarta : Graha ilmu
- Stanly, Micke (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
- Sudarth dan Brunner (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
- Sudoyo, Aru (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam jilid 1. Edisi V. 2010. Jakarta : Internal publishing
- Sunaryo (2004). Psikologi Keperwatan. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar